Pilpres Filipina, Pertarungan Ulang antara Putra Mendiang Diktator dan Pemimpin Demokratis

TRANSINDONESIA.co | Dengan waktu sekitar dua pekan sebelum pemilihan presiden di Filipina, persaingan kini telah berubah menjadi pertarungan ulang antara Ferdinand “Bongbong” Marcos, Jr., putra mendiang diktator Ferdinand Marcos, dan wakil presiden sekarang ini Leni Robredo.

Robredo menang tipis dari Marcos dalam pemilihan wakil presiden tahun 2016. Marcos mengklaim terjadi kecurangan pemilu dan kemudian melancarkan protes ke Mahkamah Pemilihan Presiden. Hasil penghitungan ulang sebagian menunjukkan suara Robredo bertambah dan setelah drama hukum selama empat tahun, kasus itu dibatalkan.

Enam tahun setelah kampanyenya yang gagal itu, Marcos, yang ayahnya disingkirkan karena korupsi dan pelanggaran HAM besar-besaran dalam revolusi rakyat tahun 1986, adalah kandidat presiden unggulan dalam pemilu 9 Mei.

Tetapi Robredo, seorang pengacara HAM dan pemimpin oposisi terhadap Presiden Rodrigo Duterte, mengajukan tantangan serius.

Dalam survei yang dilakukan Maret dan dirilis pada awal April, Marcos muda terlihat memimpin dengan 56 poin, meskipun angka tersebut turun empat poin dari survei sebelumnya. Sementara itu dukungan bagi Robredo mengalami peningkatan besar, dari sembilan menjadi 24 poin.

Survei itu menanyai responden mengenai kandidat presiden dan wakil presiden pilihan pertama. Survei yang sama juga mengindikasikan bahwa calon presiden pendamping Marcos, Sara Duterte, putri Presiden Rodrigo Duterte, adalah kandidat calon presiden unggulan dengan dukungan 56%.

Kubu Robredo mengaitkan peningkatan dukungan dalam survei itu dengan kerja keras para pendukungnya yang berkampanye untuknya.

Selisih antara keduanya masih lebar, tetapi para analis politik meyakini ada banyak hal dapat terjadi sebelum pemilu Mei dan bahwa Marcos tidak boleh berpuas diri.

Aries Arugay, profesor ilmu politik di University of the Philippines Diliman, mengatakan, Robredo sekarang ini memiliki momentum dan masih dapat mengulangi kemenangan setelah sebelumnya tertinggal dalam jajak pendapat 2016.

“Kemungkinannya masih ada karena asumsi kami, jika kita dasarkan pada survei Pulse (Asia), hasilnya sudah basi. Ini dilakukan lebih dari satu bulan silam,” kata Arugay kepada VOA.

Arugay mengatakan survei itu kini menguatkan adanya gelombang dukungan bagi Robredo dalam kampanye besar-besaran, tetapi momentum ini harus dipertahankan hingga periode kampanye berakhir.

“Jika semakin banyak orang dapat diyakinkan bahwa Wakil Presiden Leni Robredo memiliki peluang untuk bertarung, akan ada efek lanjutannya,” ujarnya. “Budaya memilih orang Filipina adalah mereka harus menganggap suara mereka penting dan dapat dihitung.”

Momentum Robredo dapat dilihat dalam rapat-rapat umum yang penuh sesak di berbagai penjuru negara itu. Para pendukungnya juga mengadakan kampanye agresif dari rumah ke rumah untuk meyakinkan warga agar memilih untuknya.

Popularitas Marcos didasarkan pada nostalgia mengenai kemakmuran dan “era keemasan” masyarakat Filipina selama masa kediktatoran ayahnya pada tahun 1980-an.[voa]

Share