Biden Galang Dukungan untuk Ukraina dalam Pidato Kenegaraan

TRANSINDONESIA.co | Dalam pidato kenegaraan (State of the Union) pertamanya, Presiden AS Joe Biden Selasa malam (1/3) mengecam invasi Presiden Rusia Vladimir Putin terhadap Ukraina dan menggalang dukungan bipartisan bagi negara itu. Ia juga berpidato mengenai meningkatnya inflasi yang menghalangi pemulihan ekonomi dari pandemi dan membeberkan agenda “persatuan” yang ia sebut dapat meraih dukungan bipartisan di Kongres.

Presiden Joe Biden menyampaikan pidato kenegaraan pertamanya, Selasa. Ini merupakan pidato keduanya di hadapan sidang gabungan Kongres setelah pidatonya pada April lalu.

Sementara fokus pidato kenegaraan itu biasanya adalah masalah dalam negeri, dengan Presiden Rusia Vladimir Putin menempatkan kekuatan nuklirnya dalam kesiagaan yang ditingkatkan menyusul perintahnya untuk menyerbu Ukraina pekan lalu, Biden menempatkan invasi Putin itu dalam menit pertama pidatonya.

“Ia mengira Barat dan NATO tidak akan menanggapi. Ia mengira ia dapat memecah belah kita di dalam negeri, di majelis di negara ini. Ia mengira ia dapat memecah belah kita di Eropa juga. Tetapi Putin keliru. Kami siap,” jelas Presiden Joe Biden.

Ibu Negara Jill Biden mengundang Duta Besar Ukraine Oksana Markarova untuk bergabung bersamanya menyaksikan pidato, sementara para legislator dari kedua partai mengenakan pakaian warna kuning dan biru seperti warna bendera Ukraina, sebagai tanda solidaritas.

Di dalam negeri, tantangan terbesar Biden adalah mengeluarkan negara ini dari pandemi. Ia menyoroti keberhasilan vaksinasi dan mengisyaratkan sekarang adalah waktunya bagi situasi “normal baru.”

Banyak legislator yang tidak mengenakan masker setelah pedoman yang melonggarkannya baru-baru ini dikeluarkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).

“Saya tahu ada sebagian yang berbicara mengenai hidup bersama dengan COVID-19. Malam ini, saya katakan bahwa kita tidak akan pernah menerima untuk hidup bersama COVID-19, kita akan terus memerangi virus seperti kita memerangi penyakit-penyakit lainnya,” tuturnya.

Tetapi pemulihan dari pandemi telah terhambat oleh meningkatnya inflasi, yang kini mencapai 7,5 persen. Biden mengatakan rencananya untuk menaikkan upah minimum dan mendorong produksi dalam negeri akan membantu.

“Lebih banyak infrastruktur dan inovasi di Amerika. Lebih banyak barang yang bergerak dengan lebih cepat dan lebih murah di Amerika. Semakin banyak lapangan kerja di mana Anda dapat meraih kehidupan yang baik di Amerika. Dan, daripada mengandalkan rantai pasokan asing, mari kita membuatnya di Amerika,” lanjut Presiden Biden.

Yang menyampaikan tanggapan fraksi Republik adalah seorang gubernur yang terkenal karena menolak protokol pandemi seperti mandat vaksin dan masker. Ia menyerang kebijakan-kebijakan Biden, menuduhnya membawa mundur negara ini. Gubernur Iowa Kim Reynolds mengemukakan, “Presiden Biden dan partainya telah membawa kita kembali ke akhir 70-an dan awal 80-an. Sementara inflasi tak terkendali memukul keluarga-keluarga, gelombang kejahatan dengan kekerasan telah melanda kota-kota kita, dan tentara Soviet berusaha menggambar ulang peta dunia.”

Kompilasi terhadap lima jajak pendapat utama menunjukkan tingkat dukungan bagi kinerja Biden sekarang ini hanya 41 persen. Angka yang lebih baik akan bergantung pada apakah ia dapat memimpin negara ini keluar dari pandemi, krisis Ukraina dan inflasi.

Analis Norman Ornstein dari American Enterprise Institute mengatakan, “Realitas tersebut sangat penting. Tetapi semua yang dapat dilakukan seorang presidenh dalam pidato semacam ini adalah menunjukkan bahwa Anda kuat, Anda berdedikasi dan Anda mengatakan hal-hal yang ingin didengar rakyat. Dan itu mungkin membantu.”

Dengan fraksi Demokrat menguasai mayoritas tipis di kedua majelis, Biden berpidato dengan nada optimistis. “Pidato kenegaraan kuat karena Anda, rakyat Amerika, kuat!.” Ia menguraikan “agenda persatuan” baru untuk menangani epidemi opioid, sumber daya bagi kesehatan jiwa anak-anak, mendukung veteran dan mengakhiri kanker.

Vanessa Beasley, dosen retorika kepresidenan dari Vanderbilt University mengemukakan, “Saya pikir itu adalah cara yang cukup cerdas untuk membingkai paket keseluruhan yang akan menarik orang-orang dari kedua partai. Tetapi jelas ada momen tertentu yang dapat kita katakan sebagai daya tarik partisan juga.”

Upaya Biden memajukan target-target legislatifnya masih goyah, termasuk rencana belanja sosial dan iklim, hak suara, pengendalian kepemilikan senjata api dan reformasi kepolisian, serta berbagai prakarsa baru mengenai kesehatan jiwa di tengah-tengah bukti bahwa pandemi telah menimbulkan dampak kejiwaan pada rakyat bangsa ini.[voa]

Share