Perayaan dan Protes Warnai Hari Australia

TRANSINDONESIA.co | Warga Australia merayakan dan memprotes peringatan penjajahan Inggris di negara mereka, Rabu (26/1), hari yang secara resmi dikenal sebagai Hari Australia tetapi dianggap sebagai Hari Invasi oleh para aktivis pribumi.

Argumen berkecamuk tentang bagaimana sejarah harus mengingat armada 11 kapal Inggris yang membawa muatan narapidana tiba di Pelabuhan Jackson di Sydney pada 26 Januari 1788.

Para pengunjuk rasa menyoroti fakta bahwa koloni para terpidana Eropa saat itu dibangun di atas lahan yang diambil dari penduduk asli tanpa perundingan. Tidak adanya perjanjian apa pun dengan penduduk pribumi membuat Australia dianggap melanggar aturan atau tidak sejalan dengan negara-negara lain yang sebanding, termasuk Amerika Serikat, Kanada, dan Selandia Baru.

Sebuah patung perwira angkatan laut Inggris James Cook di kota Melbourne, yang pada tahun 1770 mengeksplorasi dan mengklaim pantai Sydney untuk Inggris, dirusak Rabu pagi dengan cat merah. Selebaran-selebaran yang pada intinya bertuliskan “Hapus Hari Australia” terlihat menempel di sana.

Pemerintah memperingati Hari Australia dengan meresmikan lebih dari 16.000 imigran dari 150 negara sebagai warga negara Australia melalui lebih dari 400 upacara naturalisasi di berbagai penjuru Australia. Beberapa upacara diselenggarakan dalam skala lebih kecil daripada biasanya dan dilakukan secara online karena pandemi virus corona.

Perdana Menteri Scott Morrison memimpin upacara di ibu kota Canberra dan secara khusus mengucapkan terima kasih kepada seseorang yang dikenal dengan panggilan Bibi Violet. Bibi Violet adalah tokoh masyarakat Aborigin dari Ngunnawal, salah satu suku pribumi di Australia sebelum orang-orang Eropa bermigrasi ke sana. Ia hanyalah salah satu dari sedikit warga pribumi yang bersedia mengakui Hari Australia. [ab/uh]

Sumber: Voaindonesia

Share
Leave a comment