Facebook Hapus Halaman Kurdi Terkait Misinformasi Krisis Migran di Belarus
TRANSINDONESIA.co | Meta – induk perusahaan Facebook – telah menghapus dua halaman Facebook Kurdi yang populer, yang dituduh menyebarluaskan informasi yang salah, yang membantu meyakinkan ribuan warga Kurdi untuk berkumpul di sepanjang perbatasan Belarus dan Polandia akhir tahun lalu.
Dua akun – satu milik seorang anggota parlemen Kurdi yang memiliki 143.000 followers dan lainnya milik seorang wartawan Kurdi yang memiliki hampir 270.000 followers – telah menyebarluaskan informasi yang salah, yang mengklaim bahwa warga Kurdi yang pergi ke perbatasan Belarus-Polandia akan diijinkan masuk ke Uni Eropa.
Sirwan Baban, anggota Parlemen Regional Kurdistan, dan Ranj Pshdary, wartawan Kurdi yang berkantor di Yunani, pada awal November menggunakan halaman Facebook mereka untuk mengatakan kepada para pengikutnya bahwa Uni Eropa dan Jerman memutuskan untuk membuka pintu perbatasan mereka untuk mengizinkan migran yang terjebak di perbatasan Belarus-Polandia untuk masuk ke negara itu.
Klaim ini dibantah oleh pejabat-pejabat Uni Eropa, tetapi ribuan migran yang kebanyakan warga Kurdi masih memadati perbatasan Polandia dan bentrok dengan polisi.
Tidak ada rencana imigrasi seperti itu.
Sebaliknya kerumunan massa yang frustrasi bentrok dengan penjaga perbatasn dan ribuan orang kemudian dideportasi.
Unggahan palsu itu dilihat banyak warga Kurdi yang melakukan perjalanan ke daerah perbatasan dan diwawancarai VOA. “Kami mengikuti kerumunan menuju ke Polandia setelah beredar desas-desus di Facebook. Hal itu tidak memberi manfaat apapun selain kesulitan bagi orang-orang miskin ini,” ujar Hersh Saeed Ahmad, seorang migran Kurdi di Belarus.
Namun akun-akun di Facebook itu terus memasang pesan yang dibaca luas, hingga awal bulan ini ketika VOA menghubungi Meta untuk menanyakan apakah halaman itu melanggar kebijakan perusahaan atau tidak.
Melalui email, juru bicara Meta kepada VOA mengatakan “berdasarkan Standar Kekerasan dan Penghasutan Komunitas, Meta telah memutuskan bahwa kedua halaman itu melanggar kebijakan kami untuk (memasang) informasi yang salah itu, dan kedua akun itu telah dihapus.”
Episode ini menggambarkan bagaimana jaringan media sosial terus berjuang untuk melakukan pengawasan, bahkan terhadap penyebar misinformasi terkenal yang juga terlibat dalam peristiwa-peristiwa terkenal; terutama ketika informasi yang salah itu dipublikasikan dalam bahas selain bahasa Inggris.
krisis perbatasan belarus-uni eropa berawal bulan juli lalu dan memburuk pada bulan november ketika ribuan migran dari timur tengah, afrika utara dan kurdistan irak berupaya menyebrang perbatasan menuju ke uni eropa melalui belarus.
aksi kekerasan pecah di perbatasan polandia pertengahan november lalu ketika pasukan ken menggunakan gas air mata dan meriam air untuk mencegah migran menerobos pagar perbatasan. ketika itu polisi polandia melaporkan sejumlah anggotanya luka-luka karena dilempari batu oleh para migran. [em/ah]
Sumber; Voaindonesia