Ledakan Bom Mobil Bunuh Diri di Mogadishu, Sedikitnya 9 Orang Tewas
TRANSINDONESIA.co | Sedikitnya sembilan orang tewas, Rabu (12/1), dalam ledakan bom mobil bunuh diri yang menarget konvoi keamanan pemerintah di dekat bandara ibu kota Somalia, Mogadishu.
Sejumlah saksi mata mengatakan ledakan itu terjadi di dekat pos pemeriksaan di jalan yang mengarah ke perimeter bandara yang dijaga ketat.
“Sebuah ledakan besar dengan gumpalan asap ke langit menghancurkan bangunan di sekitar dan mobil-mobil yang diparkir di jalan itu,” kata saksi mata Aden Nur, pengemudi taksi motor beroda tiga, kepada sejumlah wartawan di tempat kejadian.
Seorang juru bicara kepolisian Somalia Abdifatah Hassan Ali, mengatakan sembilan orang tewas dalam ledakan tersebut dan sembilan lainnya terluka.
Wakil Wali Kota Mogadishu Ali Yare Ali, yang berada dalam konvoi itu, menyebutkan jumlah korban tewas 10 orang.
Sumber-sumber yang dekat dengan pemerintah mengatakan kepada VOA bahwa konvoi itu dijalankan oleh sebuah perusahaan keamanan swasta, belum diketahui siapa lagi yang berada dalam konvoi tersebut.
Beberapa saksi mata lain di tempat kejadian mengatakan sebuah konvoi PBB yang lewat tampaknya menjadi target serangan bunuh diri itu.
Pendiri layanan ambulans Aamin, Abdulkadir Adan, mengatakan timnya mengangkut sedikitnya delapan mayat dan sembilan orang yang terluka.
Kelompok militan al-Shabab mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, dengan mengatakan mereka menarget konvoi yang mengawal pemerintah Somalia dan pejabat-pejabat asing.
Kelompok terkait al-Qaida itu sering menyerang pejabat pemerintah dalam upaya menggulingkan pemerintah pusat dan memaksakan interpretasi yang ketat terhadap hukum Islam.
Kedutaan Besar AS di Mogadishu mengutuk serangan tersebut.
“Amerika Serikat mengutuk keras serangan teroris hari ini di Mogadishu. Kami turut berbela sungkawa kepada para korban dan keluarga yang secara tragis terbunuh dan terluka,” cuit kedutaan.
Ledakan itu terjadi beberapa hari setelah para pemimpin Somalia menyetujui jadwal baru untuk pemilihan umum yang telah lama tertunda, di tengah perseteruan antara Perdana Menteri Mohamed Hussein Roble dan Presiden Mohamed Abdullahi Mohamed. [mg/ka]
Sumber: Voaindonesia