TRANSINDONESIA.co | “Mengapa Muhammadiyah tidak mengikuti madzhab (pendapat) tertentu?”
“Kenapa Muhammadiyah tidak bermadzhab seperti ormas lain yang cenderung mengikuti Imam Syafi’i?”
Begitu pertanyaan mahasiswa dalam salah satu mata kuliah, tepatnya mata kuliah “Fiqh Perbedaan Pendapat” di sebuah sekolah tinggi agama Islam di Kota Bekasi
Isi dari salah satu di antara pokok-pokok Manhaj Majlis Tarjih Muhammadiyah yang berbunyi :
“Tidak mengikat diri kepada suatu madzhab, tetapi pendapat-pendapat madzhab dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menetapkan hukum, sepanjang sesuai dengan jiwa Al-Qur’an dan as-Sunnah atau dasar-dasar lain yang dipandang kuat”.
Dari sana dapat difahami bahwa Muhammadiyah memang tidak terikat kepada salah satu di antara madzhab-madzhab tertentu akan tetapi juga bukan berarti Muhammadiyah anti dengan madzhab.
Pendapat-pendapat para imam tersebut sangat erat kaitannya dengan kondisi pada masa mereka hidup, yang tentunya akan terdapat perbedaan dan juga akan ada hal-hal yang kurang relevan lagi dengan masa sekarang.
Singkatnya, Muhammadiyah tidak mengikuti pada madzhab-madzhab tertentu bukan berarti tidak menghormati pendapat para Imam Fuqaha, namun berusaha untuk tidak bertaqlid. Jadi pintu-pintu ijtihad masih terbuka lebar bagi persyarikatan Muhammadiyah dalam memberikan solusi keumatan.
Secara struktural Muhammadiyah saat ini di tahun 2021, memiliki 13.693 pimpinan ranting, 4.850 pimpinan cabang, dan 461 pimpinan daerah. Dalam struktur tersebut ada organisasi otonom (Ortom), belum lagi ada Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang tersebar di berbagai daerah hingga pelosok.
Berdasarkan data Majelis Dikti Litbang PP Muhammadiyah ada 162 Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PTMA) hingga Agustus 2020. Di antara itu, berbentuk 60 universitas, 82 sekolah tinggi, 6 akademi, 9 institut dan 5 politeknik, ada pembukaan universitas Muhammadiyah di Malaysia tahun 2021 ini. Belum lagi berapa jumlah sekolah dan rumah sakit yang sudah dibangun Muhammadiyah.
Selamat Hari Jadi Muhammadiyah ke 106. Semoga dengan “Ta’awun Untuk Negeri” dapat memunculkan berbagai inovasi, kreativitas, dan kemajuan terhadap masyarakat Indonesia.
Aris Yulianto
Pimpinan Redaksi transindonesia.co