LIGA KEBON

TRANAINDONESIA.co | Ahad pagi (31/10/2021) bersama anak-anak santri Al-Marhamah, Kota Bekasi, Jawa Barat, menyempatkan untuk olah raga bareng. Pilihan permainannya sepak bola plastik. Biasanya kami bermain bola di lapangan futsal. Kali kami bermain di padang rumput untuk bermain bola becek-becekan.

Musim penghujan membuat tanah menjadi becek, dan terjadi genangan air. Main sepak bola model begini tidak perlu lapangan dan aturan ruwet. Gawang dibuat dari tiang bambu atau sandal.

Tugas kiper selain mencegah kebobolan dia juga mengambil bola yang melenceng jauh. Jika kiper sering kebobolan, dia rupanya introspeksi, job sebagai kiper minta diganti pemain lain.

“Gantian, aku sudah sering kemasukan (gol)” kata si kiper instrospeksi diri.

Bermain dengan kejujuran, tidak ada wasit, semua keputusan mufakat saja. Bola menyentuh tangan ngaku saja handball. Nggak ada pelanggaran. Nggak ada yang namanya offside, penyerang lawan boleh ngobrol sama kiper, pokoknya terserah.

Apapun insiden yang terjadi, sekeras dan setinggi apapun tensi permainan, semuanya akan berakhir dengan riang dan gembira. Nggak ada rasis, nggak ada kartu kuning ataupun merah, dan nggak perlu jersey. Permainan bakal jadi semakin seru sambil bermain air dan hujan-hujanan. Strategi permainan tidak ada pokoknya kejar bola.

Yang menarik kalau selisih gol terlalu banyak, posisi tempat diubah, kami bertukar gawang. Kalau masih kalah lagi pemain akan saling ditransfer tanpa perdebatan

Skor berakhir 7 lawan 2. Saya menyumbang 2 gol, 1 gol bunuh diri. Saya jadi teringat masa kecil dulu. Main bola model begini setiap sore hari, kami menamakan liga kebon, karena mainnya di kebon orang, belum ada  jaman sewa lapangan futsal, mendengar adzan maghrib baru bubar.[Aris Yulianto]

Share
Leave a comment