Setidaknya 350 Ribu Warga Sipil Tewas Dalam Perang Saudara Suriah

TRANSINDONESIA.CO | Kantor Komisi Tinggi Hak-hak Asasi Manusia (HAM) Perserikatan Bangsa-Bangsa (HAM) menangguhkan penghitungan jumlah kematian akibat perang saudara di Suriah pada 2014.

Hal itu disebabkan upaya pengumpulan informasi yang dapat diverifikasi menjadi lebih kompleks dan berbahaya. Dalam data terakhir, kantor tersebut melaporkan lebih dari 191.000 orang tewas.

Komisaris Tinggi HAM PBB, Michele Bachelet, mengatakan bahwa angka kematian terkait perang sipil yang mencapai lebih dari 350 ribu nyawa saat ini merupakan data yang dicatat lembaganya, yang mengumpulkan informasi dari organisasi masyarakat sipil dan pemerintah Suriah.

“Angka kami mencakup orang-orang yang dapat diidentifikasi dengan nama lengkap, dengan tanggal kematian yang ditetapkan, dan yang meninggal di provinsi yang teridentifikasi,” kata Bachelet.

Namun, dia menegaskan angka itu bukan – dan tidak boleh dipandang – sebagai jumlah lengkap kasus kematian terkait konflik di Suriah selama periode ini.

“Angka itu menunjukkan jumlah minimum yang dapat diverifikasi dan tentu saja jumlah pembunuhan yang sebenarnya lebih besar dari itu,” ujarnya.

Jumlah korban tewas terbesar tercatat di Alepo, lalu diikuti oleh daerah pedesaan di Damaskus, Homs, Idlib, Hama, dan Tartus. Laporan itu menunjukkan bahwa lebih dari satu dari 13 korban adalah perempuan, dan hampir satu dari tiap 13 korban adalah anak-anak.

Bachelet mengatakan penting untuk menyadari bahwa setiap angka mewakili seorang manusia, bukan sekadar statistik tanpa nama dalam perang yang brutal. Tragisnya, ia menambahkan, banyak korban lainnya yang tidak diketahui kematian dan kehidupannya karena ketiadaan saksi mata maupun dokumentasi.

“Di balik setiap catatan kematian adalah seorang manusia, yang lahir merdeka dan setara, dalam martabat dan hak-haknya. Kita harus selalu membuat kisah para korban terlihat, baik secara individu maupun kolektif, karena ketidakadilan dan kengerian dari setiap kematian itu harus mendorong kita untuk mengambil tindakan,” tegasnya.

Bachelet mengatakan bahwa kantornya telah mulai menerapkan teknik estimasi statistik yang mapan untuk menghitung jumlah orang yang hilang. Hal itu, catatnya, akan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang skala konflik tersebut dan dampaknya terhadap warga Suriah.

Konflik Suriah telah memicu krisis pengungsi terbesar di dunia, di mana diperkirakan 6,8 juta orang menjadi pengungsi dan pencari suaka, terutama, di negara-negara tetangga. Sekitar 6,7 juta orang lainnya terkatung-katung di Suriah. Jumlah total lebih dari 13,5 juta orang setara dengan separuh lebih populasi Suriah. [rd/ft]

Sumber: Voaindonesia

Share
Leave a comment