Energi: Abstrak ala Aisul Yanto

TRANSINDONESIA.CO | Aisul Yanto pria kelahiran Sidoarjo 62 tahun yang lalu alumni Isi Yogyakarta dan pendiri Austumus kultur serta pembina Balai Budaja Jakarta merupakan sosok seniman yang ulet dan terus berkarya secara dinamis. Karya karyanya yang non figuratif merefleksikan suatu energi. Aisul seorang pelukis yang energik di usianya yang boleh dikatakan tidak muda lagi namun tetap aktif memberikan pikiran dan berdiskusi tentang seni. Gagasan gagasannya fresh dan menunjukkan energi yang inspiratif.

Dalam lukisannya yang ditandai titik titik putih merupakan kekagumannya atas lukisan batik. Aisul menggambarkan adanya harmoni energi antara makro dengan mikro kosmos. Energi yang direfleksikan Aisul dalam karya karyanya didominasi warna hitam dan putih sesekali ada goresan warna merah sebagai keseimbangan energi.

Gerak dinamis dari karya non figuratif Aisul menjadikan karakter dari karyanya. Ia mengakui abstraksinya dalam karya merupakan suatu yang ada dari luar maupun dalam dirinya inner yang menyatu sebagai manifest atas jiwa yang unik dan menjadi karakter tersendiri yang bisa bervariasi atau berbeda satu dengan lainnya.

Apa yang ditorehkan Aisul dalam karyanya merupakan suatu perpaduan atas kekaguman warisan budaya Majapahit yang hampir punah, seni dari papua, mentawai, kalimantan yang dipadukan juga dalam studi komparatifnya dari beberapa negara menjadi seni kontemporer. Kegelisahannya atas seni dan budaya ia tuliskan dalam berbagai naskah.

Sekarang ini Aisul sedang menyusun buku sejarah Balai Budaya Jakarta. Dokumen dokumen atas berbagai kegiatan seni budaya di Balai Budaya yang terserak ia kumpulkan.

Di samping melukis dan menulis, Aisul juga rajin membuat sketsa sebagai pengisi perjalanan hidup. Kepekaan dan kepedulian akan lingkungan serta hidup dan kehidupan manusia torehkan dalam sketsa sketsanya. Apa yang mengusik jiwa seninya maka akan dijadikan bahan kontemplasi. Ia akan ungkapkan dalam puisi dan karya rupa. Aisul piawai melukis on the spot secara spontan seperti yang ia lakukan di pegunungan tengah Papua, Lani Jaya, Paniae – Dakiae, Biak – Raja Tiga, Kali Lemon – Teluk Cendrawasih dan banyak tempat lainnya. Puluhan sketsa dan tulisan ia hasilkan spontan dengan penuh energi.

Aisul Yanto yang energik terus bergerak berpikir berdiskusi melukis menulis apa saja ia lakukan. Apalagi di masa pandemi seperti sekarang ini. Seni ia jadikan sebagai energi pembangkit jiwa. Ia membagikan energinya dalam berbagai dialognya dan dalam grup grup media sosial yang diikutinya. Energi karya Aisul menjadi refleksi dan permenungan atas harmoninya hidup dan kehidupan yang dinamis dan sarat energi baru dan terbarukan bagi menjaga jiwa waras terutama di masa pandemi covid 19 seperti sekarang ini.

Sayup Sayup Rintik Hujan 010821
Chryshnanda Dwilaksana

Share