Masjid Agung Sumedang dan Kenangan Masa Kecil Anies Baswedan
TRANSINDONESIA.CO | Subuh di Sumedang. Bersyukur bisa wudhu dengan air segar kota Sumedang, bersujud di tanah yang jadi Puser Sunda, di mana dulu berdiri sebuah negeri bernama: Sumedang Larang.
Kuningan tidak jauh dari Sumedang. Dalam satu payung budaya Sunda. Ibu dan Nenek, serta seluruh keluarga besar sehari-hari berbahasa Sunda. Hingga kini di rumah kami, keluarga Ibu sehari-hari masih tidak berubah, hanya bisa ngobrol dengan bahasa Sunda.
Masa kecil sering melewati kota ini jika perjalanan dari Kuningan ke Bandung. ibu dahulu sempat menjadi dosen di IKIP Bandung (Sekarang UPI). Kami meniti rute Kuningan, Cikijing, Majalengka, Sumedang lalu Bandung.
Keindahan alam sepanjang jalan jadi kenangan tersendiri; untung waktu itu belum ada ponsel, jadi mata tidak terpancang ke layar ponsel, tapi sepanjang perjalanan mata melihat ke alam, kenangannya adalah pemandangan alam… 🙂
Jumat pagi itu, di Masjid Agung Sumedang kami bersujud. Bersama Kang Ridwan Kamil Gub Jabar dan Kang Dony Ahmad Munir Bupati Sumedang, serta para ulama dan tokoh masyarakat. Kang Emil yang ternyata juga punya kenangan masa kecil dengan Kakek-Neneknya di kota Sumedang.
Tidak lama kemudian matahari terbit dengan cerah, menandai dimulainya sebuah Jumat yang produktif. Perjalanan kami membawa misi pemenuhan kebutuhan pangan bagi keluarga-keluarga di Jakarta.
Alhamdulillah, setelah bersujud dengan mata-hati, jalan keluar masjid menyongsong terbitnya mata-hari. Sebuah pagi di Sumedang, Pusernya Sunda. Sebuah pagi yang amat mengesankan.*
Anies Baswedan