Bank Indonesia Siapkan Kebutuhan Ramadhan dan Lebaran Sebanyak Rp152,14 T

TRANSINDONESIA.CO | Bank Indonesia (BI) siapkan uang tunai Rp152,14 triliun untuk kebutuhan Ramadhan dan Lebaran 1442 Hijriah. Penyediaan uang meningkat sekitar 39,33 persen dari Ramadhan 2020 yang sebesar Rp109,2 triliun.

“dibandingkan 2019 yang sebesar Rp192 triliun maka turun 43,13 persen,” kata Direktur Eksekutif Kepala Departemen Pengelolaan Uang BI, Marlison Hakim pada acara taklimat media secara virtual di Jakarta, Rabu (14/4/2021).

Dari Rp152,14 triliun yang disediakan katanya, yang paling banyak uang pecahan besar senilai Rp100 ribu dan Rp50 ribu mencapai 90,07 persen, sisanya sekitar 9,93 persen atau Rp15,2 triliun merupakan uang pecahan kecil senilai Rp20 ribu ke bawah.

Untuk pendistribusian uang tersebut berdasarkan untuk pulau Jawa non KP mencapai Rp59,40 triliun atau 39 persen dan untuk KP mencapai Rp39,99 triliun atau 26 persen. Kemudian untuk Sumatera mencapai Rp25,94 triliun atau 17 persen,  Sulapua (Sulawesi dan Papua) mencapai Rp10,85 triliun atau 7 persen, Kalimantan Rp10,40 triliun dan Bali-Nustra mencapai Rp5,58 triliun.

“Perputaran uang kartal itu memang terpusat di wilayah Jabodetabek yaitu hampir mencapai 27 persen. Kemudian kita melihat bahwa wilayah agak tertinggi adalah Jawa Barat sekitar 11 sampai 17 persen atau sekitar Rp12,01 triliun,” ungkap Marlison.

Sementara untuk wilayah yang terendah untuk kebutuhan uang kartal selamat Idul Fitri tahun ini  adalah wilayah Papua Barat yaitu dengan penyaluran terendah sebesar Rp0,32 triliun.

Menurut Marlison untuk penukaran uang baru tahun ini  BI tidak menyediakan tempat  penukaran uang baru secara individu. Namun bila masyarakat ingin menukar uang, dipersilahkan menukarnya ke bank. Hal ini untuk mengurangi dampak berkumpulnya warga.

Adapun titik layanan penukaran uang uang telah bersinergi terdapat 4608 kantor cabang atau outlet perbankan bank umum yang akan melayani penukaran uang kepada masyarakat. Dibandingkan dengan tahun 2020 tempat penukaran ini meningkat 23 persen. “Peningkatan ini didasari atas pertimbangan beberapa aspek, termasuk mulai meningkatnya mobilisasi masyarakat dan tentunya mulai menggeliatnya ekonomi di tengah masyarakat,” katanya.[met]

Share
Leave a comment