Guru Kekuatan Bagi Bangsa dan Negara

“Guru digugu lan ditiru” yang mampu menjadi teladan, yang ngancani ngajari”

TRANSINDONESIA.CO – Setiap 25 November diperingati sebagai Hari Guru. Pertanyaan pertanyaan ttg guru dan pengajarannya apakah mampu menjadi ikon bagi upaya mencerdaskan kehidupan bangsa?

Tatkala acara diseminasi guru guru SD untuk program road safety saya coba bertanya, “Adakah bapak ibu bercita cita menjadi guru SD?” Hampir semuanya tidak menjawab.
“Adakah yang bangga menjadi guru?”
Serempak mereka menjawab bangga.
Saya sangat terharu mungkin para guru itu entah tersesat, entah terjebak entah terpaksa menjalani profesi sebagai guru namun mereka bangga dan terus menjalaninya dan menghayati sebagai panggilan hidup dan jalan hidupnya.

Guru semestinya menjadi simbol pencerdasan bangsa. Namun apakah itu benar-benar terjadi atau hanya slogan? Kalau menjadi guru masih dipandang sebelah mata dan masih dijadikan sampingan pekerjaan atau keterpaksaan maka akan berdampak bagi para murid murid.

Saya teringat semangat Profesor Yohanes Surya yang mampu mendidik dan melatih anak anak Papua menjadi Juara Olimpiade. Walaupun dari anak anak yang dianggap bodoh bahkan 4x tidak naik dikelas yang sama. Pendidikan diperlukan Guru yang tepat dan pola pengajaran yang tepat akan menghasilkan anak didik yang bermanfaat bagi Nusa Bangsa sesama dan bagi keluarga serta dirinya.

Upaya mencerdaskan kehidupan Bangsa perlu pemikiran dan penanganan secara holistik dan sistemik dan tidak bisa dengan cara cara instan apalagi pendekatan uang.

Tatkala lembaga pendidikan bukan pasar yang ada penjual ada pembeli, ada yang dijual ada tawar menawar harga menjadi hal biasa. Kalau menjadi pasar maka yang kuat akan mempermainkan yang lemah akan menjadi korban eksploitasi. Tatkala budaya di pasar, tatkala memasuki budaya pendidikan maka nilai nilai moralitas dan kemanusiaan akan digantikan dengan sesuatu yang semu dan pendekatan yang dominan akan hanya pada uang.

Rasa malu akan hal hal nista tidak lagi digubris. Bahkan bisa saja menjadi alat kepentingan yang menyesatkan bahkan menghancurkan kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Lembaga pendidikan dan para guru semestinya menjadi ikon akan Kebangsaan yang menjaga; Pancasila, UUD 45, NKRI, dan Kebhinekaan.

Transformasi pencerdasan melalui passionnya dan tiada lagi. Koleksi gelar atau diskon ranking pun marak dilakukan.
Pendidikan ikon mencerdaskan kehidupan bangsa maka penanaman kebanggaannya bukan sebatas kompetensi melainkan kesadaran tanggung jawab dan nilai-nilai moralitas kemanusiaan dan Kebangsaan.

Nilai-nilai moral menjadi standar proses pembelajaran. Guru menjadi kunci penting yang memerlukan dukungan para pengambil kebijakan. Mencerdaskan seakan menjadi kata yang menarik dan heroik. Namun pada faktanya tidak semudah mengucapkannya.

Kecerdasan tidak sebatas pada otak namun juga emosional dan sosial. Produk pendidikan akan dilabel juga dari para guru. Guru dituntut ini dan itu bahkan hingga tanggung jawab moral atas hasil didiknya. Guru memang bukan superman namun di sinilah guru merupakan ikon kewarasan ikon, kecerdasan ikon, kecintaan dan bangga akan tanah air. Guru juga pilar penjaga dan pengawal Pancasila, UUD 45, NKRI dan kebhinekaan. Gl

Guru semestinya juga diberikan perhatian akan karier dan kesejahteraan dan di dorong bahkan difasilitasi untuk menjadi ikon kecerdasan dan kewarasan dalam Berbangsa dan Bernegara.
Hasil didik akan dilabel tatkala hidup dan kehidupan mereka mampu menggunakan ilmunya bagi hidup dan kehidupan sosial kemasyarakatan.

Pendidikan dan guru selain ikon kecerdasan juga menjadi syarat bagi regenerasi dan transformasi bagi hidup dan keberlangsungan berbangsa dan bernegara. Para hasil didik menjadi apa saja bahkan tatkala menjadi penguasa dan memiliki kewenangan akan terus peka peduli bahkan berani berbelarasa bagi kemanusiaan, bagi masyarakat, bagi Bangsa Negaranya bahkan bagi dunia.
Ruang berpikir untuk memajukan Bangsa Negara bahkan dunia.

Guru menjadi standar mutu dan bermutu, para murid akan menemukan tempat di mana ia merasa menjadi manusia seutuhnya. Peka peduli berbela rasa, ini suatu kecerdasan yang merupakan nyali dan mampu membela bagi yang termarjinalkan dan senantiasa berupaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Guru harapan bagi Bangsa dan Negara. “Guru digugu lan ditiru” yang mampu menjadi teladan, yang ngancani ngajari. Guru Pahlwan Kemanusiaan bagi Bangsa Negara dan Dunia.**

25 November 2020
Selamat Hari Guru

[Prof. Chryshnanda Dwilaksana]

Share