Pasien RS Covid Wisma Atlet Kembali Melonjak
TRANSINDONESIA.CO – Pasien Covid di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet kembali melonjak tajam. Aktifitas libur panjang yang mengakibatkan kerumunan di bulan Oktober 2020 menjadi penyebab utama. Untuk itu masyarakat diminta kembali disiplin menjalankan protokol kesehatan.
Lonjakan pasien Covid-19 RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran disampaikan dalam konferensi pers yang berlangsung di taman samping tower 2 RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Ahad (15/11/2020). Konferensi pers menghadirkan Koordinator RSDC Wisma Atlet Mayjen TNI Tugas Ratmono, Ketua Satgas Covid 19 Letjen Doni Monardo, Ketua Umum PB Ikatan Dokter Indonesia Daeng Fakih, dan Staf Khusus Menkes Alexander Ginting.
Konpres juga menghadirkan dua dokter RSDC Wisma Atlet Kemayoran yang mengenakan hazmat lengkap. Keduanya adalah dr Defriadi SpP dan dr Doni Lukas Damari.
Konpres dipandu juru bicara Satgas Covid Wiku Adisasmito.
Koordinator RSDC Wisma Atlet Kemayoran Mayjen Tugas Ratmono mengungkapkan tingkat hunian pasien Covid-19 bergejala, hari ini, Minggu 15 November 2020 meningkat
tajam menjadi 53,8 persen. Sebelumnya pada Oktober 2020, sempat menyentuh angka terendah sebanyak 32 persen. Mayjen Tugas berharap peningkatan tidak kembali menyentuh angka puncak 90 persen tingkat hunian seperti pada tanggal 25-27 September 2020.
“Kita harapkan peningkatan tidak setajam pada September sehingga lebih mudah dikendalikan,” kata Mayjen Tugas Ratmono yang juga Kepala Pusat Kesehatan TNI.
Peningkatan juga terjadi pada pasien tanpa gejala yang menghuni tower 5 RSDC Wisma Atlet. Jika tingkat hunian pada bulan Oktober 2020 sempat menyentuh 17 persen, kini melonjak hingga 27 persen. Pasien isolasi mandiri pada puncak pandemi bulan September 2020, tingkat mencapai 90 persen.
Tower 4 dan 5 RSDC Wisma Atlet digunakan sebagai tempat isolasi mandiri. Tower 4 kini dikosongkan karena penurunan pasien. Sedangkan tower 6 dan 7 menjadi tempat perawatan pasien Covid-19 bergejala ringan dan sedang.
“Peningkatan memang tidak setinggi September 2020. Dan supaya tidak mencapai angka tertinggi seperti di bulan September, semua pihak untuk selalu menjaga jarak, memakai masker, dan rajin mencuci tangan.
Terkait lonjakan pasien, Mayjen Tugas menegaskan RSDC Wisma Atlet Kemayoran bisa menangani dengan baik. “RSDC Wisma Atlet bisa menangani dengan baik karena peningkatan tak setinggi bulan September lalu yang mencapai 90 persen,” papar Tugas Ratmono.
Dr Efriadi SpP, dokter RSDC yang mengenakan hazmat lengkap dalam konpres, menyesalkan kembali melonjaknya pasien Covid-19. “Ini menyulitkan kami yang telah bekerja selama berbulan-bulan. Kami ingin pulang dan bertemu keluarga, tetapi jika kembali meningkat kita tak bisa pulang,” kata dokter spesialis paru asal Sumatera Barat yang telah bekerja selama 7 bulan di RSDC Wisma Atlet.
“Sungguh kami mohon masyarakat untuk disiplin. Hindari kegiatan yang tidak penting,” tambahnya.
Sedangkan dr Doni Lukas Damari menyatakan para tenaga kesehatan adalah garda terakhir. “Garda terdepan adalah masyarakat sendiri. Jika garda terdepan jebol, garda terakhir akan kalang kabut. Maka tolong jangan sia-siakan pengorbanan kami yang telah merawat pasien Covid-19 selama berbulan-bulan,” papar dr Doni yang telah bekerja selama 5 bulan di RSDC Wisma Atlet.
Staf Khusus Menkes Alexander Ginting menyatakan pemerintah sudah banyak mengeluarkan biaya untuk penanganan Covid-19. Hasilnya cukup memuaskan, angka kesembuhan mencapai 83 persen dan kematian 3,2 persen.
“Upaya dengan biaya besar tidak boleh sia-sia. Kita ingin pencapaian yang lebih baik di tahub 2021. Ini sudah penghujung tahun,” kata Ginting.
Daeng Fakih, Ketua IDI mengatakan perang melawan Covid-19 masih jauh dari selesai. Dalam dua hari terakhir angka rata-rata penularan Covid per hari menembus di atas 5 ribu orang.
“Dokter yang gugur sudah 160 orang. Perawat 100 orang dan bidan 50 orang. Jangan ada lagi korban akibat Covid-19,” kata Daeng Fakih.
Meski berguguran, para tenaga kesehatan akan tetap merawat pasien Covid-19 karena terikat sumpah dokter. “Supaya tidak memperberat kerja kami, mohon masyarakat mematuhi protokol kesehatan. Itu saja yang kami minta,” ujar Ketua IDI.
Ketua Satgas Covid-19 Letjen Doni Monardo menyatakan tampilnya dua dokter berhazmat lengkap dalam konpers untuk mengingatkan masyarakat bahwa kerja dokter sangat berat. Mereka harus mengenakan hazmat selama 8 jam saat bekerja.
“Sementara masyarakat hanya kita minta mematuhi protokol kesehatan,” tegas Doni.
Ia juga mengungkapkan data kematian lansia yang co-morbid dan meninggal akibat Covid-19 mencapai 80-85 persen. “Ini angka yang sangat tinggi untuk mengingatkan masyarakat agar selalu patuhi protokol kesehatan.”
Pasien Covid di ruang ICU 98 rumah sakit di Jakarta juga masih tinggi. Angkanya berkisar 68 persen. Pada puncak Covid September sebesar 83 persen. “Meski turun, angkanya masih tinggi,” jelas Doni.
Pada kesempatan itu, Doni memuji langkah Gubernur DKI Jakarta yang memberikan sanksi denda pada panitia kegiatan di Petamburan, Tanah Abang yang menyebabkan kerumunan. (Mada Mahfud)