Harga Minyak Naik Karena Ancaman Badai Kembar Memangkas Produksi AS

TRANSINDONESIA.CO – Harga minyak mentah menguat pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), karena badai kembar menuju Teluk Meksiko dan diperkirakan menyerang akhir pekan ini, memaksa perusahaan menutup lebih dari setengah produksi minyak lepas pantai di kawasan itu.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober ditutup pada 45,13 dolar AS per barel, naik 78 sen atau 1,76 persen. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) bertambah 28 sen atau 0,66 persen menjadi 42,62 dolar AS per barel.

Perusahaan-perusahaan energi menutup lebih dari satu juta barel per hari (bph) pasokan minyak mentah lepas pantai di Teluk Meksiko AS, dan mengevakuasi lebih dari 100 anjungan produksi karena ancaman badai kembar dari Badai Tropis Marco dan Laura.

Marco mencapai pantai pada Senin (24/8/2020), dan Laura diperkirakan akan melaju kencang menjadi Topan dan melanda kawasan Teluk Meksoko pertengahan minggu ini.

Bensin berjangka AS melonjak sekitar tujuh persen karena pabrik-pabrik penyulingan menganggur sebagai tindakan pencegahan.

“Seperti yang sering terjadi dalam kompleks energi, perkembangan yang bullish pada produk dapat menjadi bearish bagi minyak mentah berjangka karena permintaan minyak mentah dari penyuling dibatasi,” kata Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates.

Badai juga dapat membatasi ekspor AS. Keuntungan Brent melampaui minyak mentah AS di tengah ekspektasi bahwa negara lain mungkin dapat meningkatkan ekspor sementara fasilitas di Teluk ditutup.

“Karena AS adalah eksportir utama, beberapa pasokan yang biasanya kami ekspor akan tertahan di pelabuhan,” kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group di Chicago. “Itu akan mengimbangi apa yang hilang dalam produksi.”

Motiva Enterprises memulai persiapan untuk menutup Port Arthur, Texas, kilang minyak mentah terbesar di negara itu, kata sumber tersebut kepada Reuters.

Total SA juga memangkas produksi di kilang Port Arthur menjadi minimum 225.500 barel per hari dan sedang mempersiapkan kemungkinan penutupan.

“Situasi di pasar minyak selama tiga hari ke depan kemungkinan besar akan ditentukan sebagian oleh berita dari Teluk Meksiko. Dua badai tropis mengarah langsung ke infrastruktur energi utama di Teluk,” kata Eugen Weinberg, analis energi di Commerzbank Research, dalam sebuah catatan pada Senin (24/8/2020).

“Efek psikologisnya tidak boleh dianggap remeh, bahkan jika EIA (Badan Informasi Energi) AS memperkirakan produksi minyak AS akan pulih kembali dalam beberapa pekan mendatang,” tambahnya.

Yang juga mendukung harga minyak adalah laporan Financial Times bahwa Presiden AS Donald Trump sedang mempertimbangkan untuk mempercepat kemajuan vaksin COVID-19 eksperimental yang sedang dikembangkan oleh AstraZeneca dan Universitas Oxford.

AstraZeneca membantah telah membahas otorisasi penggunaan darurat untuk vaksin potensial dengan pemerintah AS dan menyebut spekulasi penggunaan semacam itu “prematur”.[Antara]

Share