Anies Kenang Mayor Park Belum Sempat Pakai Batik Betawi
TRANSINDONESIA.CO – Bulan-bulan awal wabah merebak di Jakarta, kita mencari segala macam cara untuk bisa meningkatkan kapasitas testing. Salah satu kendalanya adalah keterbatasan alat RT-PCR. Saat itu, di dalam negeri terbatas, di pasaran global pun RT-PCR adalah barang amat langka yang sulit didapat dengan cepat.
Semua upaya dikerjakan untuk meningkatkan kapasitas itu. Mulai dari usaha membeli ke produsen sampai usaha meminjam alat RT-PCR.
Terkait peminjaman. Ada 8 kota yang dikirimi surat, kota-kota maju dunia yang menjadi sahabat Jakarta. Dalam surat yang dikirimkan kepada semua pimpinan kota itu, disampaikan bahwa Jakarta berencana meminjam alat RT-PCR selama masa pandemi ini saja. Setelah wabah selesai, maka alat itu akan dikembalikan.
Semua merespon cepat. Mayoritas menjawab bahwa mereka juga sedang mengalami masalah yg sama. Memang tidak ada satupun kota di belahan dunia manapun yang bisa berkata: kami siap menghadapi pandemi.
Tapi beberapa merespon positif dan siap membantu. Ada beberapa yang membantu memberikan alat PCR-RT. Tapi ada satu yang unik, yaitu Mayor Park Woon Soon, Walikota Seoul.
Mayor Park mengirim pesan bahwa lebih mudah utk menghibahkan RT-PCR daripada meminjamkan. Jadi alat milik mereka yang masih baru itu dihibahkan untuk DKI Jakarta. Permohonan pinjam dijawab bukan dengan peminjaman tapi dengan hibah.
Datanglah sebuah mesin RT-PCR. Dikirim langsung dari Seoul. Diantarkan oleh Dubes Korea Selatan ke Balaikota. Alat ini mampu memproses hingga sekitar 900 sampel per hari.
Dengan alat ini maka begitu banyak orang bisa ditemukan positif walau mereka tidak sadar bila telah terpapar. Kini mereka tahu, lalu bisa isolasi dan bila perlu dirawat agar terhindar dari resiko.
Mayor Park adalah seorang sahabat baik. Kita berinteraksi dalam berbagai kesempatan. Bukan saja di Jakarta saat ia berkunjung dan di Seoul ketika ada acara di sana. Bahkan saat ada pertemuan-pertemuan di negara ketiga, maka kita selalu atur waktu agar tetap bisa bertemu dan diskusi bersama.
Saat Dubes Korsel datang mengantarkan mesin RT-PCR dari Mayor Park, saya titipkan sepucuk surat dan selembar kain batik betawi untuk Mayor Park. Dubes Korea itu memang akan kembali ke Seoul, karena masa tugasnya di Jakarta telah selesai.
Surat itu telah sampai pada Mayor Park, tapi batik khas betawi itu belum sempat dipakainya karena Mayor Park ditemukan wafat 3 minggu kemudian.
Seorang walikota yang turut berjasa dalam membantu Jakarta itu telah tiada. Ia telah berpulang tapi budi baik dan persahabatannya kita rasakan hingga sekarang. Pada ribuan tes yang dilakukan di Jakarta, ada jejak jasa Mayor Park dan persahabatan antar dua kota.
Sebuah hikmah muncul disini. Interaksi yang selama ini dibangun di tataran global itu mengantarkan pada persahabatan dan jejaring internasional. Semua dikerjakan sebagai pelaksanaan dari pesan konstitusional kita, “ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.”
Dan hikmah berikutnya, dalam situasi krisis, seperti saat muncul pandemi ini, pertemanan dan persahabatan itu menemukan pembuktiannya. Itulah yang kita semua ikut rasakan.[ABW]
[Anies Baswedan – Gubernur DKI Jakarta]