Untuk Pertama Kali, Mesir Izinkan Warga Tinggalkan Gaza

TRANSINDONESIA.CO – Untuk pertama kali dalam beberapa bulan, Mesir telah membuka titik penyeberangan utama di Gaza bagi ribuan warga Palestina yang terjebak di kedua sisi perbatasan karena krisis virus corona.

Warga Gaza yang memiliki paspor Mesir, paspor asing dan pasien yang ingin mendapatkan perawatan kesehatan di luar wilayah itu diizinkan keluar melalui titik penyeberangan di Rafah, yang dibuka selama tiga hari.

Kementerian Dalam Negeri yang dijalankan oleh Hamas mengatakan sekitar 500 orang dijadwalkan meninggalkan Jalur Gaza pada Selasa (11/8). Ini adalah yang pertama sejak Maret lalu.

Warga Palestina yang terdampar di Mesir dan luar negeri akan diizinkan kembali ke rumah, tambah kementerian itu. Lalu lintas kedatangan orang di pintu perbatasan itu ditutup sejak Mei lalu.

Gaza tampaknya berhasil mencegah perebakan virus corona, sebagian karena blokade yang dilakukan Israel-Mesir yang telah membatasi dengan ketat pergerakan orang yang masuk dan keluar wilayah itu. Israel dan Mesir memberlakukan pemblokiran itu pada 2017 setelah kelompok militan Islam Hamas menguasai Gaza.

Gaza melaporkan 81 kasus virus corona, tetapi semua warga yang terjangkit virus itu berada di pusat karantina wajib yang didirikan Hamas bagi siapa pun yang kembali ke wilayah itu. Belum ada laporan tentang perebakan virus corona di dalam Gaza.

Untuk menyiapkan kembalinya ribuan warga Palestina lewat Rafah, Hamas telah membuka lebih banyak fasilitas isolasi di sepanjang Jalur Gaza.

Kehidupan di Gaza kembali normal meskipun dibayangi virus itu. Minggu lalu sekolah-sekolah dibuka kembali. Masjid, kafe, pusat kebugaran dan olahraga hingga gedung perkawinan juga dibuka.

Israel dan Hamas merupakan musuh bebuyutan yang telah terlibat dalam tiga perang dan sejumlah bentrokan sejak 2007. Selasa (4/8) pekan lalu, Israel menutup satu-satunya titik penyeberangan komersial di Gaza sebagai tanggapan terhadap balon berisi bahan peledak yang diluncurkan Palestina ke arah Israel. Balon-balon itu menimbulkan puluhan kebakaran di lahan-lahan Israel di dekat Gaza.

Isarel mengatakan titik penyeberangan Karem Shalom akan ditutup hingga pemberitahuan lebih lanjut, tetapi lalu lintas bahan bakar, bahan pangan dan barang-barang kemanusiaan tidak terdampak. [em/ft]

Sumber : Voaindonesia

Share