Sekjen PBB: Suara Rakyat Lebanon Harus Didengar
TRANSINDONESIA.CO – Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Senin (10/8), mengatakan suara rakyat Lebanon “harus didengar”. Guterres juga menyerukan “penyelidikan yang transparan dan kredibel” untuk menentukan penyebab ledakan pada 4 Agustus lalu yang menewaskan lebih dari 100 orang.
Guterres mengatakan “saat kesedihan dan frustrasi berkepanjangan ini, kemarahan rakyat Lebanon jelas terlihat,” dan menambahkan bahwa “penting untuk melaksanakan reformasi guna memenuhi kebutuhan jangka panjang rakyat Lebanon.”
Ledakan yang berasal dari sebuah gudang di Pelabuhan Beirut, meluluhlantakkan infrastruktur vital dan membuat ribuan warga kehilangan tempat tinggal.
“Bencana yang ditimbulkan sangat besar. Rasa kehilangan dan ketidakpercayaan atas apa yang terjadi sangat dalam. Tetapi Lebanon tangguh. Lebanon memiliki semangat dan kemauan yang luar biasa. Yang terpenting juga adalah Lebanon tidak sendirian,” kata Guterres.
“Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) akan berdiri bersama Lebanon untuk membantu meringankan penderitaan dan mendukung upaya pemulihan. Ini adalah momen untuk menunjukkan rasa solidaritas, dan inilah saatnya mengubah segala sesuatunya menjadi lebih baik,” imbuhnya.
Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) telah membantu mengorganisir kedatangan pakar-pakar dari Kelompok Penasehat Upaya Pencarian dan Penyelamatan Internasional (ISRAG), dan sistem Koordinasi dan Pengkajian Bencana PBB (UNDAC) untuk membantu para petugas penyelamat di Beirut.
Kepala OCHA Mark Lowcock mengatakan “ledakan di Beirut menimbulkan korban tewas dan kehancuran di negara yang sudah diselimuti tantangan serius. Telah ada tanggapan kemanusiaan yang cepat dan luas. Ini hanya elemen pertama dari tiga elemen tanggapan yang dibutuhkan.”
“Yang kedua, pemulihan dan rekonstruksi, akan menelan biaya miliaran dolar dan membutuhkan gabungan kerjasama keuangan publik dan swasta. Elemen ketiga adalah menanggapi krisis sosial ekonomi Lebanon yang sudah ada sebelum insiden ini terjadi,” kata Lowcock menambahkan.
Beberapa jam setelah ledakan itu terjadi, Koordinator Kemanusiaan dan Penduduk Lebanon mengeluarkan anggaran bernilai $9 juta dari Dana Kemanusiaan Lebanon (Lebanon Humanitarian Fund) untuk mengatasi kebutuhan-kebutuhan yang mendesak.
Sebuah pesawat yang membawa 20 ton pasokan kesehatan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mendarat di Beirut pada Rabu (5/8) untuk membantu mengatasi 1.000 kasus trauma dan 1.000 tindakan pembedahan bagi warga yang menderita luka-luka, terutama luka bakar, akibat ledakan dahsyat itu.
Badan Urusan Pangan (World Food Program/WFP) telah mengimpor tepung terigu dan biji-bijian untuk produksi roti guna membantu melindungi terjadinya kekurangan pangan di seluruh Lebanon mengingat pelabuhan di mana insiden ledakan terjadi adalah tempat penampungan utama biji-bijian di Lebanon.
Koordinator Penyelamatan Darurat Jumat lalu (7/8) mengeluarkan $6 juta dari Dana Respons Darurat Pusat (Central Emergency Response Fund/CERF).
Presiden Perancis Emmanuel Macron dan PBB, Minggu (9/8), melangsungkan pertemuan untuk penyelenggaraan Konferensi Internasional guna mendukung Beirut dan rakyat Lebanon. [em/pp]
Sumber : Voaindonesia