I Wayan Pondal: Berkarya dalam Aliran Tjokotisme

TRANSINDONESIA.CO – I Wayan Pondal sosok seniman cucu pematung ekspresif primitif dan magis I Nyoman Tjokot, tak banyak bicara ia terus saja bekerja menghasilkan karya. Karya karya patung dalam aliran Tjokotisme dalam ukuran kecil, sedang hingga besar telah dihasilkan.

Kayu gintungan, kayu dari Bali yang paling disukai, karena jenis kayunya ulet lembut dan seolah sudah diukir alami. Ia tinggal mengikutinya sesuai alur kayu. Wayan Pondal bekerja rata rata dari  pukul 06:15 – 16:00. Istirahat saat menjelang makan siang kemudian terus bekerja lagi.

Pak Pondal begitu ia disapa, terus saja bekerja dengan spontan mengekspresikan imajinasinya. Ia tanpa ragu ragu di dalam memahat kayu. Apa yang dilihatnya ia sudah dapat mengimajinasikan dalam berbagai bentuk flora fauna dalam ekspresi primitif.

Karya pak Pondal kuat berkarakter. Ia sangat mencintai pekerjaannya, seolah memahat sebagai ritual kebudayaan. Mungkin memahat juga sebagai bagian dari doanya dalam menjalani panggilan hidupnya sebagai pematung.

Ekspresi primitif muncul begitu saja dalam berbagai bentuk binatang, tumbuhan, bahkan juga wajah wajah primitif lainnya. Pak Pondal seolah sudah mendapat petunjuk apa yang akan ia kerjakan, ide ide terus mengalir deras tidak ada habisnya. Ia sangat mencintai kayu dan pekerjaannya.

Pak Pondal mewarisi keahlian kakeknya. Dan apa yang dia tekuni pun diwariskan ke anak anaknya. Made Rudana atau yang dipanggil Nabik juga kakaknya terus berkarya mengikuti jejak sang ayah.

Memaknai karya Pak Pondal dalam aliran Tjokotisme tentu melihat budaya Bali dan ajaran agama Hindu. Karena di situlah letak jiwa atau roh yang membuat karyanya berkarakter. Karya karya Pak Pondal memiliki kekuatan energi besar.

Penggambaran bentuk bentuk binatang wajah dan flora yang ditambah ornamen ornamen ekspresif menunjukkan karakter Tjokotisme. Buaya, babi hutan, ikan, burung, kijang, sapi sekalipun dipahat dalam rupa yang bukan lazimnya. Gigi gigi runcing atau tumpul pun dibuatnya. Rangda dengan ekspresi lidah menjulur, sulur sulur yang seakan menghubungkan satu profil sehingga lainnya agar menjadi satu kesatuan. Pemahaman atas karya memang memerlukan penghayatan tersendiri untuk berkelana menelusuri relung relung pahatan.

Dialog rasa dengan karya Pak Pondal  membangkitkan imajinasi dalam fantasi hidup dan kehidupan primitif dalam surealis yang saling menggabungkan seperti dalam alam lain. Alam mimpi pun dapat dijadikan sesuatu yang hidup dalam karya patungnya. Karakter Nyoman Tjokot begitu kental spontan tidak dibuat buat dibiarkan begitu saja apa adanya dan menunjukkan sesuatu bisa saja magis.

Kekuatan karya ada goresan pahat dan relung relung dalam rupa yang mengungkapkan pesan sesuatu. Pak Pondal mungkin saja tidak berpikir atau tidak bertujuan sampai ke situ, namun karyanya mampu menjadi otoritas sendiri yang dapat dimaknai dalam berbagai variasi makna yang tak harus sama dengan sang senimannya. Pak Pondal tak banyak kata lewat karyanya olahan jiwa Tjokotisme telah berdialog di mana mana dan dengan siapa saja kapan saja waktunya. ***

[Chryshnanda Dwilaksana]

Share
Leave a comment