37 Perempuan Duduki Posisi CEO di 500 Perusahaan Ternama

TRANSINDONESIA.CO – Jumlah perempuan yang menduduki posisi puncak di perusahaan-perusahaan terkemuka di dunia kini mencapai yang tertinggi dalam sejarah. Majalah bisnis Fortune mencatat sedikitnya 37 perempuan menjadi CEO –atau direktur pelaksana– di 500 perusahaan besar.

Tahun lalu Northrop Grumman menunjuk Kathy Warden sebagai CEO atau direktur pelaksana. Disusul Land O’Lakes yang menunjuk Beth Ford dan Best Buy menunjuk Corie Barry. Ketiga perusahaan besar ini mengikuti langkah Williams-Sonoma dan Advanced Micro Devices –dua dari puluhan perusahaan besar– yang selama bertahun-tahun dipimpin oleh perempuan. Ketika majalah bisnis Fortune merilis daftar perempuan yang menduduki posisi puncak itu tahun 2019 lalu, semua orang terpana. Ini karena jumlahnya jauh melampaui tahun-tahun sebelumnya.

Namun ketika Mei lalu Fortune merilis daftar 500 perusahaan terkemuka, banyak pihak semakin terpana karena jumlah perempuan yang menjadi CEO di perusahaan-perusahaan itu meningkat pesat yaitu 37 orang. Memang dibanding jumlah laki-laki yang ada di posisi yang sama, persentase perempuan hanya 7,4%.

Namun angka ini tetap tidak bisa dianggap remeh mengingat 20 tahun lalu jumlah perempuan yang menjadi CEO hanya dua orang atau kurang dari setengah persen. Jumlah ini baru merangkak naik secara signifikan sejak tahun 2016 ketika perempuan semakin menunjukkan kemampuannya memimpin di sektor publik.

Walmart Duduki Posisi Puncak 500 Perusahaan Ternama Fortune

Fortune membuat peringkat 500 perusahaan besar ini berdasarkan total pendapatan pada tahun fiskal lalu, atau berarti daftar ini dibuat sebelum ada dampak ekonomi akibat meluasnya perebakan virus corona mulai awal tahun ini.

Sepuluh perusahaan terbesar adalah Walmart, Amazon, ExxonMobil, Apple, CVS Health, Berkshire Hathaway, UnitedHealth Group, McKesson, AT&T dan AmerisourceBergen. Kesepuluh perusahaan ini juga masuk dalam daftar ini pada tahun 2019 lalu hanya saja posisinya berbeda. Amazon misalnya naik dari peringkat lima menjadi peringkat dua. Sementara Walmart, selama delapan tahun secara berturut-turut ada di posisi puncak.

Perusahaan yang dapat masuk daftar 500 perusahaan besar pilihan Fortune ini harus memiliki pendapatan minimal $5,7 miliar.

“Amazon jelas tumbuh stabil dalam kecepatan yang luar biasa dari 25 persen menjadi 30 persen per tahun. Ketika Anda sudah besar, maka tidak butuh energi besar untuk tetap bertahan sebagai perusahaan besar.” kata konsultan Buy Box Experts yang juga mantan pemimpin Amazon Services, James Thomson​, ketika diwawancarai ABC News​.

Hal ini belum mencakup profit yang diraih Amazon ketika perusahaan e-commerce raksasa meraih laba luar biasa akibat meningkatnya permintaan barang dan jasa lewat internet karena meluasnya perebakan virus corona. Ketika sebagian besar perusahaan terpaksa tutup dan merumahkan staf mereka, Amazon – dalam tujuh minggu terakhir ini – justru merekrut 175 ribu karyawan baru. Meskipun ada kontroversi terkait isu keselamatan pekerja pada masa pandemi ini, Thompson memperkirakan hal itu hanya berdampak kecil pada performa perusahaan ini.

Sebagian Perempuan Ditunjuk Jadi CEO karena Kepemimpinan yang Efektif

Meningkatnya jumlah perempuan yang menduduki posisi puncak ini, menurut Fortune, dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk perubahan kepemimpinan di tingkat eksekutif dan karena perusahaan meningkat pesat setelah melibatkan perempuan di jaban strategis.

Sebagian CEO perempuan ini meraih posisi tersebut setelah ditunjuk menggantikan CEO laki-laki. Misalnya Carol Tome, yang selama bertahun-tahun berada di posisi eksekutif Home Depot, mulai 1 Juni menjabat sebagai CEO UPS. Atau Heyward Donigan, mantan eksekutif layanan kesehatan yang kini menjadi CEO Rite Aid Agustus lalu, Sonia Syngal yang dipersiapkan memimpin Old Navy tetapi kemudian ditunjuk memimpin Gap Inc., Kristin C. Peck yang menjadi CEO perusahaan layanan kesehatan hewan Zeotis, atau Jennifer Johnson yang menggantikan abangnya sebagai CEO di perusahaan investasi Franklin Resources.

Sebagian CEO perempuan ini memimpin perusahaan yang baru pertama kali masuk dalam daftar bergengsi Fortune ini. Seperti Barbara R. Smith, CEO bisnis bahan bangunan bernilai $5,8 miliar, Commercial Metals; dan Nazzic S. Keene CEO perusahaan teknologi informasi pemerintah bernilai $6,4 miliar, Science Applications International.

Hanya Tiga dari 37 CEO Perempuan Berasal dari Kelompok Kulit Berwarna

Lepas dari keberhasilan perempuan duduk di posisi puncak, ada dua hal yang tetap patut dicermati. Pertama, hanya tiga dari 37 perempuan ini yang berasal dari kelompok kulit berwarna, yaitu CEO Gap Inc. Sonia Syngal, CEO Advanced Micro Devices Lisa Su dan CEO Yum China Joey Wat. Tidak ada satu CEO pun yang berkulit hitam atau warga Amerika keturunan Afrika.

Padahal tahun lalu masih ada Mary Winston, CEO Bed, Bath and Beyond. Posisi Mary kini diisi laki-laki. Juga tidak ada yang berasal dari Amerika Latin, sebagaimana daftar tahun 2019 lalu di mana terdapat CEO Xerox Ursula Burns dan CEO PG&E Geisha Williams.

Keprihatinan kedua adalah banyak pemimpin perempuan ini terkonsentrasi di perusahaan-perusahaan kecil atau yang terbawah dalam daftar 500 perusahaan ternama Fortune itu. Hanya tujuh CEO perempuan yang memang memimpin 100 perusahaan besar terbesar, antara lain Mary Barra, CEO General Motors, perusahaan otomotif raksasa dengan pendapatan tahunan $137 miliar. Lainnya terkonsentrasi pada perusahaan ritel, seperti CEO Best Buy Corie Barry, CEO Ross Stores Barbara Rentler dan CEO Williams-Sonoma Laura Alber. [em/jm]

Sumber : Voaindonesia

Share