Mutasi Bukan Sekedar Geser Gerbong Besar, Tantangan Polri ke Depan Ancaman Konflik Sosial Dampak Pandemi

TRANSINDONESIA.CO – Mutasi besar besaran kali ini yang dilakukan Polri adalah hal biasa untuk penyegaran organisasi di kepolisian. Namun Indonesia Police Watch  (IPW) melihat dalam mutasi ini ada tiga gerbong besar yang bergerak, yakni naiknya orangnya Jokowi (Presiden Joko Widodo) menjadi Kapolda Jawa Tengah, naiknya orangnya Idham Azis (Kapolri) di antaranya menjadi Kapolda Kalimantan Tengah dan Kapolda Jawa Timur serta naiknya orangnya Budi Gunawan (Kepala BIN) menjadi jenderal bintang tiga.

Naiknya orangnya Jokowi menjadi Kapolda Jateng (Brigjen Pol Ahmad Luthfi yang saat ini Wakapolda Jateng) ini cukup fenomenal bagi dinamika Polri. Sebab yang bersangkutan bukanlah Alumni Akademi Kepolisian (Akpol). Jika melihat cepatnya karir yang bersangkutan melesat setelah menjadi panitia pengamanan pernikahan putri Jokowi di Solo, sepertinya yang bersangkutan sedang dipersiapkan Jokowi untuk menjadi calon Kapolri ke depan.

“Bisa jadi akan dipersiapkan menggantikan Idham Azis. Dari mutasi besar kali ini yang paling fenomenal dalam penilaian IPW, adalah naiknya Wakapolda Jateng menjadi Kapolda. Sekaligus hal ini menandai untuk pertama kalinya figur non Akpol tampil menjadi Kapolda Jateng”.

Fenomena lain adalah naiknya mantan Ajudan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel saat ini Kapolda Jawa Tengah) menjadi jenderal bintang tiga dan menjabat posisi strategis, yakni Kabaintelkam Polri. Biasanya posisi Kabaintelkam selama ini dipegang oleh figur yang dekat dengan kekuasaan karena menyangkut kemampuan analisa keamanan dan cipta kondisi bagi situasi Kamtibmas dan kelanggengan kekuasaan.

IPW belum mendapat info A, kenapa mantan ajudan Presiden SBY bisa tampil menjadi Kabaintelkam Polri di era Presiden Jokowi.

KLIKKapolri Mutasi Skala Besar dari Melati Dua sampai Bintang Tiga

Fenomena yang tak kalah menarik adalah digesernya Kapolda Jawa Timur ke posisi Waka Lemdikpol. Padahal di masa Pilpres 2019, Jatim sangat aman dan kondusif serta memberikan suara kemenangan yang signifikan bagi kemenangan Jokowi dalam perolehan suara.

Jadi pertanyaan memang, Kenapa Kapolda Jatim tergeser ke Waka Lemdikpol, sementara ada Kapolda yang “tidak berdarah darah” di Pilpres 2019 dinaikkan jadi bintang tiga. Fenomena ini sangat ironis, jika dilihat lagi bahwa Pangdam Brawijaya belum lama ini naik posisi menjadi jenderal bintang tiga.

Mutasi kali ini juga membawa sejumlah teman teman satu Angkatan Akpol dengan Idam Azis bergeser ke tempat strategis. Begitu juga beberapa alumni Densus 88 bergeser ke tempat strategis. Di sisi lain ada beberapa orangnya Tito Karnavia (mantan Kapolri kini Mendagri) tergeser dan ada yang masih bertahan di posisi strategis.

IPW hanya mengingatkan mutasi ini harus bisa menjadikan Polri benar benar Promoter, karena tantangan Polri ke depan cukup berat. Dampak pademi Covid-19 telah membuat banyak pihak terpuruk ekonominya, ancaman PHK di depan mata, berbagai industri makin terkapar, dan kesulitan ekonomi makin parah jika wabah Covid-19 tidak berkesudahan.

Artinya, ke depan Polri tidak sekadar menghadapi tingkah pola para kriminal tapi ancaman konflik sosial sebagai dampak pademi Covid-19, patut dicermati. Apalagi saat ini sudah ada pihak yang menamakan dirinya Anarko yang memprovokasi massa untuk membuat kerusuhan. Sehingga intelijen kepolisian dituntut bekerja keras untuk melakukan antisipasi dan deteksi dini.*

[Neta S Pane – Ketua Presidium Indonesia Police Watch]

Share
Leave a comment