Pangan dan Pendemi

TRANSINDONESIA.CO – COVID-19 belum mereda, vaksin belum ditemukan. Sekalipun telah ada, butuh proses vaknisasi yang perlu waktu. Lalu ada masalah mendasar yang harus dicukupi, urusan perut yaitu pangan.

Persoalan ketahanan pangan menjadi krusial. Sepantasnya kita bersyukur dianugerahkan negara agraris dan beriklim tropis. Solusinya adalah ihyaul mawat (menghidupkan tanah yang mati). Berfikir setiap jengkal tanah agar bisa ditanami untuk makan, tanami bahan makanan seperti padi, singkong, ubi, jagung, sayuran serta buah-buahan.

Bagaimana yang lahannya sempit seperti diperkotaan ? Masyarakat urban perkotaan bisa menanam hidroponik dan tabulanpot. Kalau ditanam sekarang, tiga minggu akan panen. Di lahan sempit bisa menanam kangkung, pakcoy, terong, selada, cabai secara organik dari teras rumah. Saya sudah mencobanya dilahan 3 x 1 meter.

Kan ada bantuan dari pemerintah ? Jangan terlalu berfikir mendapatkan bantuan, mari bergerak dari yang bisa kita lakukan, kita mulai membuat benteng pertahanan dari lingkungan terkecil. Ekonomi dan urusan perut harus dipikirkan dan yang penting action. Tak semua kebijakan berjalan mulus. Kemarin ada pendistribusian bantuan masih acakadul manajemennya. Kita belajar dari India, angka kematian di India akibat urusan pangan akibat lockdown lebih banyak dari korban corona /COVID-19.

“Jika terjadi hari kiamat sementara di tangan salah seorang dari kalian ada sebuah tunas, maka jika ia mampu sebelum terjadi hari kiamat untuk menanamnya maka tanamlah.” (HR. Bukhari & Ahmad)

Sambil berdoa penuh harap agar pandemi virus corona segera berakhir, kami sekeluarga menyampaikan permohonan maaf lahir & batin atas salah dan khilaf selama ini.

Selamat menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan,
Semoga Allah SWT senantiasa memberi kita & keluarga kemudahan, kesehatan, rezeki, taufik & hidayah, ridhoNya serta LindunganNya

Marhaban ya Ramadhan.

[Aris Yulianto]

Share
Leave a comment