Rakyat Sultra Perlu Mencontoh Polri Halau Pemudik untuk Halau TKA China
TRANSINDONESIA.CO – Sikap pemerintah Joko Widodo (Jokowi) dalam mengatasi pademi Covid-19 makin aneh, ngawur, diskriminatif, dan membingungkan. Di satu sisi bangsanya sendiri dilarang mudik, di sisi lain 500 TKA Cina sudah diijinkan akan masuk ke Sulawesi Tenggara (Sultra).
Hal tersebut dikatakan Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane, melihat sikap ngawur pemerintah tersebut bisa memicu konflik di masyarakat. Selain itu, juga melihat sikap ngawur Presiden Jokowi, yang berkali kali membagi-bagikan beras di jalanan hingga menimbulkan kerumunan massa tanpa ditegur ataupun dibubarkan polisi.
Padahal lanjut Neta, jika masyarakat yang melakukan, polisi dengan cepat membubarkannya. Panitianya langsung mendapat teguran dan diminta meneken surat pernyataan agar tak mengulangi kegiatan serupa. Seharusnya Polri juga menegur Jokowi dan meminta mantan Walikota Solo itu membuat surat pernyataan agar tidak mengulang kegiatan serupa.
“Tapi hal itu tidak dilakukan polisi dan polisi cuma beraninya pada rakyat kecil. Di sisi lain Jokowi sebagai presiden tidak memberikan contoh yang baik bagi masyarakat. Sebagai presiden, Jokowi cuma bisa meminta agar rakyat menjaga jarak dan tidak melakukan kegiatan yang bisa mengumpulkan massa. Tapi dia sendiri melanggar apa yang diucapkannya,” kata Neta dalan siaran persnya diterima redaksi di Jakarta, Rabu (29/4/2020).
Selain itu kata Neta, Jokowi juga melarang masyarakat mudik. Polri dikerahkan untuk menghalau pemudik dan menyuruhnya kembali ke Jakarta sebagai tempat asalnya. Anehnya pemerintahan Jokowi mengijinkan TKA Cina datang ke Sultra. Rencana kedatangan 500 TKA Cina di saat pademi Corona ini diungkapkan Gubernur Sultra Ali Mazi pada 27 April kemarin.
“Kita akan melihat apakah Polri berani menghalau TKA Cina, seperti Polri menghalau bangsanya yang hendak mudik?Jika Polri tidak berani menghalaunya, rakyat Sultra harus melakukan pagar betis untuk menghalau para TKA Cina itu dan memintanya untuk kembali ke negaranya. Rakyat Sultra perlu mencontoh cara polisi menghalau pemudik di jalan tol,” kata Neta.
Lebih lanjut Neta melihat sikap ngawur pemerintah di tengah pademi Covid-19 ini bisa menimbulkan masalah baru. Untuk itu DPR perlu menegur Jokowi agar tidak lagi membagi bagi beras di jalanan. Selain itu DPR perlu memanggil Menaker untuk mencari tahu siapa yang menjadi biang kerok atas rencana kedatangan 500 TKA Cina itu.
“DPR harus meminta Menaker membatalkan kedatangan mereka. Sikap ngawur pemerintah ini sangat memprihatinkan. Selain bisa membuat pademi Covid-19 di Indonesia kian meluas, sikap ngawur itu juga bisa menimbulkan konflik baru di masyarakat,” tutup Neta. [fud]