Sekjen PBB Ingatkan “Angin Kegilaan Sedang Melanda Dunia”
TRANSINDONESIA.CO – Sekjen PBB Antonio Guterres hari Selasa (4/2/2020) mengingatkan bahwa “angin kegilaan sedang melanda dunia,” merujuk pada eskalasi konflik dari Libya hingga ke Yaman, Suriah dan lainnya.
Dalam konferensi pers, Guterres mengatakan “semua situasi berbeda tetapi ada perasaan meningkatnya ketidakstabilan dan ketegangan, yang membuat semuanya menjadi jauh lebih tidak dapat diprediksi dan tidak terkendali, dengan risiko salah perhitungan yang lebih tinggi.”
Dilansir VOAIndonesia, Sekjen PBB itu juga menyampaikan rasa sangat frustasi karena resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengikat secara hukum “tidak dihargai bahkan ketika resolusi itu baru saja diloloskan.”
Guterres mencontohkan Libya, di mana ia menyebut ofensif baru-baru ini oleh pihak-pihak yang bertikai sebagai ‘’skandal’’ yang terjadi tak lama begitu negara-negara adi daya dan negara-negara utama lain mengadopsi peta jalan menuju perdamaian di Berlin pada 19 Januari lalu.
Peta jalan itu menyerukan penghormatan atas embargo senjata PBB, suatu upaya untuk mengakhiri campur tangan asing dan langkah menuju gencatan senjata.
Guterres juga menyampaikan “keprihatinan besar” pada eskalasi serangan di Idlib, propinsi terakhir yang dikuasai pemberontak Suriah dengan populasi tiga juta orang, dan mengatakan PBB “sangat khawatir” dengan eskalasi konflik saat ini, termasuk tindakan tentara Suriah dan Turki yang saling membom satu sama lain. Ia juga mendesak dihentikannya permusuhan “sebelum eskalasi itu menjadi situasi yang benar-benar di luar kendali.”
Sekjen PBB Antonio Guterres menekankan masalah global “saling mempengaruhi satu sama lain.”
“Saat ekonomi goyah, kemiskinan terus mengakar. Ketika prospek masa depan tampak suram, narasi populis dan etnis nasionalis menjadi daya tarik,” ujarnya.
“Ketika ketidakstabilan meningkat, investasi surut dan siklus perkembangan menurun; ketika konflik bersenjata berlanjut, masyarakat menjadi titik kritis yang berbahaya. Dan ketika pemerintah lemah, teroris menjadi semakin kuat dan memanfaatkan kekosongan itu.”
Guterres mengatakan tahun depan ia akan menekankan “untuk mematahkan lingkaran setan penderitaan dan konflik, dan mendorong gelombang diplomasi perdamaian.” [em/ii]