Birokrasi Bagaikan Tubuh
TRANSINDONESIA.CO – Birokrasi merupakan wadah bagi berbagai kegiatan secara administrasi maupun operasional. Ada bagian kepala, ada bagian tubuh, bagian tangan, kaki dan bagian-bagian lainnya. Semua secara fungsional saling mendukung sebagai suatu sistem.
Di dalam tubuh yang sehat semua bergerak untuk dapat bertahan hidup tumbuh dan berkembang. Demikian halnya di dalam birokrasi, kewarasan kesehatan seluruh bagiannya merupakan suatu unsur penguat bagi profesionalismenya. Bisa saja ada kekurangan atau kelemahan namun bagi yang waras akan mengganggu jalannya sistem-sistem lainnya.
Orang waras mampu merasakan aneh bila ada slilit saja di antara giginya. Sebaliknya orang gila tidak pernah merasa sakit dan malu. Dalam birokrasi yang sehat ketidakprofesionalan akan menjadi masalah besar semua posisi menjadi bagian penting yang harus berfungsi. Dalam birokrasi yang sakit, pendekatan-pendekatan impersonal akan ditindas oleh yang personal.
Apa yang ditunjukkan dan akan sangat nampak yaitu orientasi gaji dan kerja dikesampingkan. Orientasi jabatan kekuasaan posisi-posisi strategis akan dijadikan mata air bahkan sapi perah karena dianggap jabatan basah. Secara vulgar bagian-bagian itu akan menjadi ajang perebutan pendominasian dalam mengeksploitasi dan mendistribusikan sumber daya.
Tatkala spirit birokrasi mengarah pada ketidakwarasan dan tiada kemampuan menyehatkan sama saja bunuh diri dengan perlahan. Pendekatan personal inilah membuat ketidakwarasan. pengabaian kompetensi, penghancuran nilai-nilai moral akan terus membusukkan apalagi di bagian tengah. Bisa dibayangkan tatkala busuk ada di tengah tidak akan lagi mampu diamputasi. Pilihannya hanya cacat rapuh dan sekarat atau mati.
Tatkala di dalam birokrasi ada kebusukan atau banyak busuk di tengah jangan harap ke atas, kesamping dan ke bawah sehat. Kepekaan kepedulian akan kewarasan birokrasi diperlukan kesadaran tanggung jawab dan disiplin.
Kesadaran tidak akan terbangun tatkala sistem rekrutmen edukasi pembinaan dan perawatan sumber daya tidak dilakukan dengab baik dan benar. Maka virus KKN akan merasuki dan membutakan mata kepala bahkan mata hatinya.
Bermuara pada sistem birokrasi yang PGPS (pinter goblok penghasilan sama). Dampaknya, berbagai cara dan pendekatan personal model clique akan dilakukan demi kekuasaan dan penguasaan sumber daya dengan kewenangan-kewenangan untuk mendominasi. Tatkala kesadaran hilang maka rasa memiliki bela rasa akan mati, kepentingan-kepentingan pribadi merajai.
Membangun kewarasan memang dari atas karena ikan busuk pun dari kepalanya. Kewarasan akan menular ke bawah tatkala ada kesadaran yang dibangun.
Sistem pewarasan birokrasi terutama mengobati yang busuk di bagian tengah antara lain mulai menerapkan:
1. The right person in the right place
2. Sistem penugasan yang jelas berbasis job description dan job analysis
3. Penentuan standar keberhasilan tugas
4. Sistem penilaian kinerja sesuai standar keberhasilan tugas
5. Sistem reward and punishment,
6. Keberanian membangun jabatan fungsional untuk memangkas jabatan-jabatan basah sehingga profesionalisme dan rasa keadilan akan tumbuh dan berkembang yang berdampak warasnya birokrasi.
Point-point di atas akan dapat berjalan untuk membongkar birokrasi yang konvensional, parsial dan sarat pelayanan secara manual tatkala ada pemimpin yang transformatif, yaitu pemimpin yang mampu belajar dan memperbaiki kesalahan malu, siap di masa kini dan mampu menyiapkan masa depan yang lebih baik. selain itu memerlukan adanya tim transformasi sebagai think thank dan back up system. Tentu ada Grand design yang visioner proaktif problem solving dengan membangun sistem-sistem elektronik yang on line yang didukung aturan-aturan yang memayunginya serta kesiapan SDM yang mengawakinya.***
[Chryshnanda Dwilaksana]