Kekhawatiran Virus Corona Meningkat, Wall Street Dilanda Aksi Jual

TRANSINDONESIA.CO – Wall Street jatuh pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), setelah dilanda aksi jual karena investor meninggalkan ekuitas di tengah kekhawatiran atas ruang lingkup wabah virus korona, dengan S&P mencatat minggu terburuk dalam enam bulan.

Ketiga indeks saham utama AS berubah negatif tajam, dengan S&P 500 mengalami penurunan persentase satu hari terbesar dalam lebih dari tiga bulan setelah Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS mengonfirmasi kasus kedua virus di AS, kali ini di Chicago.

S&P 500 dan Dow berakhir di minggu terburuk mereka sejak Agustus dan Nasdaq mengakhiri kenaikan enam minggu berturut-turut.

Pelaku pasar mengawasi dengan cermat perkembangan seputar virus korona, yang oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dianggap sebagai “keadaan darurat di China,” yang kini telah menewaskan 26 orang dan menginfeksi lebih dari 800 orang pada malam liburan Tahun Baru Imlek.

“Pasar membenci ketidakpastian dan virus sudah cukup untuk menyuntikkan ketidakpastian di pasar,” kata David Carter, kepala investasi di Lenox Wealth Advisors di New York.

Tetapi beberapa analis percaya para investor mencari alasan untuk merealisasikan keuntungan mereka.

“Virus ini sebenarnya lebih merupakan alasan untuk mengambil keuntungan saat ini,” kata Sam Stovall, kepala strategi investasi CFRA Research di New York.

Paul Nolte, manajer portofolio di Kingsview Asset Management di Chicago, setuju. “Pasarnya mahal dan sedang mencari alasan untuk turun, dan (virus) adalah alasan untuk melakukannya.”

Saham Intel Corp melonjak 8,1 persen setelah melaporkan lompatan pendapatan di pusat data dan komputasi awan serta memperkirakan pendapatan 2020 yang lebih baik dari perkiraan.

Perusahaan kredit konsumen American Express Co diuntungkan dari lingkungan penjualan ritel AS yang kuat, membukukan kenaikan pendapatan tahunan 9,0 persen lebih baik dari perkiraan. Sahamnya naik 2,8 persen.

Musim pelaporan laba kuartal keempat berjalan dengan baik, dengan 74 perusahaan di S&P 500 melaporkan, 68,2 persen di antaranya telah mengalahkan perkiraan Wall Street, menurut data Refinitiv.

Analis sekarang memperkirakan laba telah mengalami kontraksi sebesar 0,5 persen, secara agregat, pada kuartal Oktober hingga Desember.

Minggu depan, segerombolan hasil yang diawasi dengan cermat diharapkan, terutama dari Apple Inc, McDonald’s Corp, Starbucks Corp, Tesla Inc, Amazon.com Inc, Boeing Co, Facebook Inc, dan Caterpillar Inc, antara lain.

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 170,36 poin atau 0,58 persen, menjadi berakhir di 28.989,73 poin. Indeks S&P 500 merosot 30,07 poin atau 0,90 persen, menjadi ditutup di 3.295,47 poin. Indeks Komposit Nasdaq berkurang 87,57 poin atau 0,93 persen, menjadi berakhir di 9.314,91 poin.

Dari 11 sektor utama dalam S&P 500, semua kecuali sektor utilitas mengakhiri sesi di posisi merah, dengan layanan kesehatan dan keuangan menderita persentase kerugian terbesar.

Broadcom Inc naik 1,3 persen setelah memasuki perjanjian dengan Apple Inc untuk penyediaan komponen nirkabel yang digunakan dalam produk-produknya. Saingan Skyworks Solutions dan Qorvo Inc masing-masing turun 4,6 persen dan 4,5 persen di tengah berita tersebut.

Saham-saham perjalanan memimpin penurunan, dengan Norwegian Cruise Line Holdings dan Wynn Resorts masing-masing turun 4,1 persen dan 3,13persen, serta American Airlines dan United Airlines keduanya jatuh lebih dari tiga persen.[antara]

Share