Indonesia Emas, Langit dan Perasaan Segar yang Nikmat

TRANSINDONESIA.CO – Sebelum diluncurkan, buku ‘Menuju Indonesia Emas’ karya Faisal Basri (‘FB’) juncto Haris Munandar ini pernah saya dengar langsung dari FB. Tatkala bersua dengannya ketika meminta bersedia sebagai saksi Ahli penguji satu UU.

Membaca buku itu, ada spirit optimisme yang menggairahkan. “Optimisme adalah perasaan segar yang nikmat” (h.1), begitu kalimat FB yang saya suka sejak pandangan pertama halaman pertama.

Buku yang kaya data statistik itu berjudul sekunder ‘Menggapai Negara Maju Berkeadilan’, kiranya ‘perasaan segar yang nikmat’ dari buku ini ikhwal yang pantas diperjuangkan. Sayabtak ragu mengutipnya untuk fundamentum petendi alias dalil-dalil alasan pada tubuh naskah litigasi Judicial Revie UU Nomor 35 Tahun 2014.

Seperti minat saya yang segar bugar pada kekuatan masyarakat madani (civil society), surplus gembira membaca kalimat dari bang FB berikut ini. “Sudah saatnya memperkokoh civil society untuk mengimbangi political community dan business community”. Lanjutnya, “…mendesakkan agenda perubahan”. (h.18 & 20).

Caranya mendesakkan perubahan? Merujuk Acemoglu dan Robinson, dengan membiakkan dan mengokohkan “inclusive political institution”. Persis seperti opini saya bertitel: “Institution, Institution, Institution” pada majalah RealEstat Indonesia tatkala mengulas betapa developer harus patuhi rules dan kokohkan structure, yang tak lain adalah sinonim institution. Hemat saya, Civil Society (CS) adalah kekuatan kita merdeka dari cengkraman kolonial Belanda.

Bagu USA, Independence Declaration menjadi kuat karena kuatnya rakyat juncto CS Organization (CSO). Burung elang rajawali yang bebas, tangguh, berkharisma adalah lambang negara kita. Mirip USA dengan lambang elangnya. Selain lambang negara, banyak kesamaan Indonesia dan USA dari disain postur ketatanegaraan. Kemaslahatan cq. kesejahteraan rakyat adalah langitnya. Sejahtera adalah alasan mengapa kita loyal kolektif bernegara. Sebaliknya, civil disobidience pun civil distrust adalah alarm bahaya.

Indonesia Emas penting bagi masa depan anak. Lebih 30% warga Indonesia adalah anak. Mereka kelompok masyarakat yang prominent dan pemilik kedaulatan rakyat, constituent power!

Kua status human capital, merujuk buku bang FB, modal luar biasa kita adalah struktur penduduk sangat belia (h.47). Walaupun anak lebih penting daripada emas, namun paradoks, misalnya kepada stunting. Sebab itu, hanya sekarang momennya, atau kita kalah lagi karena postur penduduknya menjadi generasi yang menua (aging generation), bahkan anak beresiko menjadi generasi yang hilang (lost generation)?

Sebab itu, parik haqqul yaqin, ikhtiar perlindungan anak adalah kunci Indonesia Maju. Seperti kesadaran dalam konstitusi. Konstitusi Hak Anak versi Pasal 28B ayat 2 UUD 1945 musti dihidupkan dengan tidak kepalang tanggung. Bukan menjadi konstitusi yang lunglai, namun konstitusi yang optimis. Konstitusi yang menggerakkan, dengan perasaan segar yang nikmat membangun pangkalan. Seperti segar nikmat udara bebas merdeka dari langit biru kepada elang. Dengan Semangat.Tabik.

 

* Muhammad Joni, Sekjen Lembaga Perlindungan Anak Indonedia (LPAI), Ketua MKI (Masyarakat Konstitusi Indibesia), Advokat di Jakarta.

Share
Leave a comment