Air Mata Sambut Jenazah Perantau Sumbar Korban Rusuh Papua
TRANSINDONESIA.CO – Delapan jenazah warga Sumatra Barat yang menjadi korban kerusuhan di Wamena, Papua hari ini tiba di Sumbar melalui Bandara Internasional Minangkabau (BIM). Ke delapan jenazah tersebut atas nama Syafriyanto (36 tahun), Jefry Antoni (23 tahun), Hendra (20 tahun), Rizky (4 tahun, anak dari Syafriyanto ), Ibnu (8 tahun), Iwan (24 tahun), Yoga Nurdi Yakop (28 tahun), dan Linda novriyanti (40 tahun).
Ke delapan korban ini sama-sama berasal dari Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat. Jenazah hari ini disambut oleh Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit dan Bupati Pesisir Selatan Hendrajoni.
Jenazah masuk ke BIM melalui pintu VIP. Di mana sebagian dari jenazah dijemput oleh keluarga korban dan pemerintahan nagari masing-masing.
Ira bersama Yelfi, saudara sepupu dari Linda yang menjemput Linda dan Ibnu ke BIM tak kuasa menahan tangis saat melihat peti jenazah saudaranya itu diangkat petugas bandara ke dalam ruangan VIP BIM.
“Ibnu.. Ibnu.. Ibnu sudah tidak ada..,” kata Ira saat tak kuasa menahan tangis sembari memeluk Yelfi putrinya yang juga sudah berurai air mata.
Sebelum jenazah Ibnu dan Linda tiba di ruangan VIP, Ira dan Yelfi sudah tampak begitu risau menanti. Matanya selalu melihat gelisah ke arah pintu VIP Bandara.
“Saya saudaranya Linda. Ada tiga keluarga kami meninggal di Wamena. Linda dan anaknya Ibnu, kemudian Yoga. Ibnu itu baru 8 tahun,” ujar Ira kepada Republika.
Ira menceritakan kabar yang ia dapatkan mengenai Yoga, Ibnu, Linda dan suami Linda bernama Isal (42). Dengan mata yang memerah, Ira menyebut Linda dan Ibnu meninggal karena dilemparkan ke dalam kobaran api. Sebelum dilemparkan ke dalam api, kata Ira, Ibnu dan Linda sudah dibacok oleh orang-orang yang terlibat kerusuhan di Wamena.
Kemudian Yoga dengan muka berdarah-darah usai kena anak panah awalnya ingin berlindung ke tempat Linda. Tiba di tempat Linda, Yoga kemudian juga didorong masuk ke dalam kobaran api sehingga tubuhnya meninggal karena terbakar.
Sementara Isal kata Ira berhasil selamat hidup-hidup. Tapi Isal saat ini mengalami luka bakar di muka, kepala, telinga dan tangan. Isal tak dapat menyelamatkan Linda dan Ibnu karena ia sudah lebih dulu dipukuli hingga pingsan oleh pelaku kerusuhan.
Ira mengatakan Linda bersama suaminya telah merantau ke Papua sejak enam tahun lalu. Di sana Linda berdagang kelontong di sebuah toko di Kota Wamena.
Ira menyebut lokasi toko milik Linda berdekatan dengan lokasi kerusuhan di Wamena. Sehingga Linda sulit keluar dari situasi kerusuhan kemarin. Terlebih pertokoan mereka dibakar dan dijarah oleh pelaku kerusuhan.
Ira mengaku sangat sedih mendengar kabar tentang saudaranya ini. Hati keluarga besarnya sangat terluka karena selama ini ia mengenal Linda dan suaminya sebagai orang yang baik.
Ira tak kuasa menahan air mata ketika bercerita mengenai Ibnu. Keponakannya itu sangat disayangi di tengah keluarga besar. Kedatangan Ibnu ke kampung halaman biasanya sangat dinantikan oleh keluarga besar.
Ira menyebut, Isal saat ini juga sedang dalam perjalanan pulang dari Papua ke Sumbar. Isal juga ingin pulang kampung melihat prosesi pemakaman istri dan anaknya.
Isal juga ingin menenangkan diri di Pesisir Selatan. Apalagi saat ini ada ratusan warga Sumbar yang lain juga menjerit minta pulang kampung karena di Papua tidak aman. “Isal juga sedang dalam perjalanan pulang. Kami akan menunggunya di sini (Bandara),” ujar Ira.
Ke delapan jenazah korban kerusuhan Wamena ini diangkut dari BIM dengan delapan mobil ambulance yang disediakan oleh Pemprov Sumbar dan Pemkab Pesisir Selatan. Abdullah (54) duduk dengan wajah tegang dan pucat di sebuah pojok di ruangan VIP Bandara Internasional Minangkabau.
Abdullah yang ditemani beberapa kerabat tengah menanti kedatangan jenazah Iwan anaknya. Iwan merupakan anak sulung Abdullah. Iwan sudah 3 tahun merantau ke Papua.
Di sana Iwan berprofesi sebagai pedagang barang harian. “Dapat kabar mengenai Iwan (meninggal) dari saudara kami yang ada di sana,” ujar Abdullah.
Abdullah mengatakan selama merantau jauh ke Tanah Papua, Iwan sering mengirimkan uang kepada keluarga di Pesisir Selatan. Abdullah menyebut sejak usia muda, Iwan merantau jauh-jauh supaya dapat membantu perekonomian keluarga.
Abdullah tidak dapat berkata banyak hal mengenai nasib menimpa Iwan. Ia hanya pasrah karena izin yang ia berikan kepada Iwan merantau ternyata mengantarkan Iwan ke pintu ajalnya.
Wakil Gubernur Nasrul Abit mengatakan jenazah yang tiba di BIM terbagi ke dalam tiga penerbangan. Sekitar jam 4 sore, ada empat jenazah yang sudah sampai. Berikutnya dua jenazah pada pukul 5 dan dua jenazah pukul 10 malam.
Saat menyambut kedatangan jenazah, Nasrul menyerahkan bantuan yang bersumber dari Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) kepada perwakilan keluarga korban. Bantuan tersebut berjumlah total Rp 64 juta. Di mana masing-masing korban mendapat santunan senilai Rp 8 juta.
Nasrul menyebutkan pihaknya terus berkoordinasi dengan pihak TNI dan Polri bahwa ada sekitar 400 warga Sumbar ingin dipulangkan dari Papua ke kampung halaman. “Nanti kita koordinasikan dulu bagaimana mengambil langkah-langkah untuk memulangkan masyarakat Sumbar apabila memang tidak aman,” ucap Nasrul Abit.
Nasrul menyebut koordinasi dilakukan oleh Dandim Pesisir Selatan dengan Dandim di Wamena dan juga antara Kapolres Pesisir Selatan dengan Kapolres di Wamena. Nasrul menyebut Pemprov harus melakukan koordinasi dengan sejumlah pihak untuk memulangkan warganya ke Sumbar karena biaya yang dibutuhkan tentu sangat besar.
Satu orang saja kata dia membutuhkan biaya sekitar Rp 5 juta. Saat ini warga Sumbar yang masih berada di Wamena dan daerah Papua lainnya mengungsi di markas Polres dan Kodim.
Sumber : Republika.co.id