Kualitas Udara Riau Masih Buruk

TRANSINDONESIA.CO – Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di wilayah Provinsi Riau masih berdampak pada kualitas udara hingga hari ini (15/9/2019). Kualitas udara dengan kategori sedang hingga sangat tidak sehat terpantau di beberapa titik.

Terkait dampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla), rekapitulasi Data P3E Sumatera KLHK dan Dinas LHK Provinsi Riau pada pukul 07.00 – 15.00 WIB (14/9/2019) mencatat indeks standar pencemar udara (ISPU) tertinggi di wilayah Pekanbaru 269, Dumai 170, Rohan Hilir 141, Siak 125, Bengkalis 121, dan Kampar 113. Angka tersebut mengindikasikan kondisi kualitas udara tidak sehat atau penunjuk angka 101 – 199. Sehari sebelumnya (13/9/2019), kualitas udara di wilayah Riau pada kondisi sangat tidak sehat hingga berbahaya.

Data juga menunjukkan kualitas udara di provinsi lain, seperti Jambi (123), Kepulauan Riau (89), Sumatera Selatan (51), Sumatera Barat (46) dan Aceh (14).

Kualitas udara yang diukur dengan ISPU memiliki kategori baik (0 – 50), sedang (51 – 100), tidak sehat (101 – 199), sangat tidak sehat (200 – 299), dan berbahaya (lebih dari 300).

Mendukung operasi pemadaman karhutla, Badan Nasional Penanggulangan Bencana bersama kementerian/lembaga, TNI dan Polri menggerahkan personel untuk penanganan di beberapa provinsi. Tujuh helikopter untuk pengemboman air dan patroli dikerahkan untuk wilayah Provinsi Riau. Terhitung dari 19 Februari 2019 hingga 31 Oktober lalu, lebih dari 124 juta liter air digelontorkan untuk pengemboman air dan lebih dari 159 garam untuk operasi hujan buatan atau teknologi modifikasi cuaca (TMC).

Trans Global

Luas lahan terbakar akibat karhutla di wilayah Riau menurut catatan BNPB yaitu seluas 49.266 hektar. Sejumlah luas lahan terbakar lahan gambut seluas 40.553 ha dan mineral 8.713 ha. Karhutla yang masih terus berlangsung ini mengakibatkan dampak yang luas selain kerusakan lingkungan dan kesehatan, juga aktivitas kehidupan warga masyarakat.

BNPB mengimbau agar pemerintah daerah tidak hanya bermain dengan kata-kata saja, tetapi harus bertindak secara nyata. Hal ini diungkapkan mengingat sebelumnya Kepala BNPB Doni Monardo mendengar slogan ‘Riau Tanpa Asap.’ Namun, ini bertolak belakang dengan kondisi yang dihadapi Riau saat ini.

“Saya tidak ingin hanya slogan-slogan. Dulu saya senang dengan pernyataan Riau Tanpa Asap. Tapi apa, hari ini Riau penuh asap,” ujar Doni dalam rapat koordinasi penanganan karthula yang berlangsung di Riau pada Sabtu tadi (14/9/2019).

[Agus Wibowo – Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB]

Share