Detik-detik Pelaku Mutilasi Penari Cowok di Blitar

TRANSINDONESIA.CO – Aris Sugianto (34 tahun) atau AS dan Ajis Prakoso (23) atau AP terpincang-pincang kala dibawa keluar dari ruang Subdirektorat Kejahatan dan Kekerasan pada Direktorat Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Jawa Timur di Jalan A, Yani Surabaya pada Senin 15 April 2019.

Wajah AP meringis, saat dipapah berjalan oleh petugas, seperti menahan sakit.

Tangis AS pecah, saat sorot kamera awak media menyasar wajah dan tubuhnya. Adapun AP terlihat lebih tenang. “Saya ingin sampaikan minta maaf kepada keluarga korban,” kata AS

Polisi yang berada di dekatnya, kemudian menepuk pundak pria penyuka sesama jenis itu. Sepanjang konferensi pers berlangsung, AS tak henti-henti menangis.

AS mungkin menyesal. Dia tak menyangka hubungan asmara yang baru berjalan dengan almarhum Budi Hartanto (28) atau BH warga Mojoroto, Kota Kediri, akan berujung maut dan kini jadi perkara hukum.

Semua bermula dari perkenalan AS dengan BH di sebuah grup media sosial khusus komunitas gay bernama Hornet. Dari situ, terjalin hubungan spesial antara keduanya.

Wakil Kepala Polda Jatim, Brigadir Jenderal Polisi Toni Harmanto mengatakan, selama berhubungan, sudah tiga kali AS dan HB berhubungan badan, semuanya dilakukan di rumah AS di Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar. AS berperan sebagai cewek, BH cowok. Setiap selesai berhubungan badan, AS selalu memberi uang BH.

“Alasannya, karena sayang,” katanya.

Pada Selasa malam, 2 April 2019, BH dan AS sepakat bertemu lagi di warung yang disewa AS di Jalan Surya Kabupaten Kediri. Di warung itu pula keduanya berhubungan badan untuk keempat kalinya. Usai berhubungan intim, BH meminta uang sesuai kesepakatan. “Sesuai pemeriksaan, mau diberi seratus ribu,” kata Toni.

Namun, rupanya AS tak memiliki uang. Dia, kemudian coba meminjam kepada temannya yang juga berada di warung, AP, tetapi juga tak punya. BH marah dan mengeluarkan kata makian. AP menegur. Bukannya mendingin, BH justru menampar AP. BH kalap, AP balik menampar.

“Kemudian korban mengambil pisau (golok) ini yang tergeletak di warung,” kata Direktur Reskrimum Polda Jatim, Kombes Pol Puguh Setiono.

BH menyabetkan golok itu, namun AP berhasil merebut senjata tajam itu lalu menyabetkannya ke tubuh BH berkali-kali hingga dia tersungkur. Saat tersungkur itulah sekali sabetan mengenai leher BH. Nyawa guru honorer yang juga penari itu lepas di lokasi.

“Lehernya sudah kena,” kata Puguh.

Untuk menghilangkan jejak, AS dan AP lalu memasukkan jasad BH ke sebuah koper hitam merek Marcopolo ukuran 70 cm x 50 cm. Karena tidak muat, jasad BH dikeluarkan lagi lalu bagian kepalanya dipotong. Setelah tubuh tanpa kepala itu dimasukkan, koper berdarah itu kemudian dibuang di bawah Jembatan Udanawu dan ditemukan warga besoknya, Rabu, 3 April 2019.

Adapun bagian kepalanya dimasukkan ke dalam kantong plastik dan dibuang ke sungai di wilayah Kediri. Kepala korban baru ditemukan, setelah polisi menangkap AP di Kediri, dan AS di Jakarta, Kamis-Jumat pekan lalu. Sementara ini, bukti yang diperoleh pembunuhan itu terjadi tanpa direncanakan tersangka. Namun, polisi masih melakukan pendalaman. [viva]

Share