Didemo Rakyatnya, Presiden Aljazair Terbang ke Swiss
TRANSINDONESIA.CO | JENEWA – Pesawat Pemerintah Aljazair yang menerbangkan Presiden Abdelaziz Boutefika ke Jenewa, Swiss untuk mendapatkan perawatan medis pada bulan lalu kembali Swiss. Pesawat itu tiba di Bandara Cointrin pada Ahad (10/3) sore.
Pesawat Gulfstream 4P tidak pernah tercatat meninggalkan Aljazair sejak bulan Febuari lalu. Ketika pemerintah Aljazair mengumumkan akan segera membawa Boutefika ke Jenewa untuk melakukan pemeriksaan medis.
Pemerintah Aljazair tidak mengungkapkan pemeriksaan medis apa yang dijalani presiden berusia 83 tahun tersebut. Boutefika hanya pernah dilaporkan mengalami strok pada tahun 2013 lalu.
Boutefika berniat untuk memperpanjang kekuasaannya setelah 20 tahun lebih berkuasa. Memicu gelombang demonstrasi besar-besaran di Aljazair.
Pihak berwenang Aljazair menolak membahas masalah kesehatan Boutefika. Mereka juga tidak bersedia mengungkapkan keberadaannya. Otoritas rumah sakit Geneva University Hospital tempat Boutefika dirawat pun menolak berkomentar.
Boutefika yang kini duduk di kursi roda sudah sangat jarang terlihat di depan publik terutama sejak strok pada tahun 2013. Menciptakan krisis pertanyaan apakah ia kini hanya menjadi boneka faksi sipil dan militer yang mengincar kekuasaan di tengah absennya Boutefika.
Gelombang unjuk rasa di Aljazair mulai terjadi sejak 22 Febuari lalu. Ketika Boutefika mengumumkan berniat memperpanjang masa kekuasaannya dengan maju dalam pemilihan umum yang digelar pada 18 April mendatang.
Para mahasiswa menjadi jantung unjuk rasa ini. Kabarnya unjuk rasa akan terus digelar setelah universitas di seluruh Aljazair ditutup dua pekan sebelum musim libur. Hal sebagai upaya agar mahasiswa tidak membuat unjuk rasa menentang Boutefika.
Dilansir di Aljazira, Ahad (10/3) pada hari Sabtu (9/3) Menteri Pendidikan Tinggi Aljazair mengatakan akan memajukan musim liburan. Universitas di seluruh Aljazair akan mulai libur dari Ahad sampai 4 April.
Keputusan ini muncul setelah puluhan ribu mahasiswa melakukan demonstrasi di pusat Aljazair. Kementerian Pendidikan Tinggi Aljazair tidak menjelaskan alasan mereka memajukan musim liburan.
Para dosen dan mahasiswa di beberapa universitas sudah mulai melakukan mogok. Sementara beberapa universitas lainnya mengatakan juga akan melakukan pemogokan.
Sementara dilaporkan dalam unjuk rasa pada hari Sabtu lalu ketika para demonstransi melakukan protes dengan tertib tiba-tiba polisi melemparkan tembakan gas air mata. Termasuk memblokir jalan menuju kantor kepresidenan.
Media pemerintah juga melaporkan pasukan keamanan sedikitnya menangkap 195 pengunjuk rasa. Mengutip para petugas jumlah tersebut termasuk pelaku penjarahan.
Boutefika sudah berada di Jenawa sejak dua pekan terakhir untuk apa yang disebut kantor kepresidenan Aljazair sebagai ‘pemeriksaan medis rutin’. Pada hari Kamis lalu ia mengeluarkan peringatan pertama untuk pengunjuk rasa.
Ia mengatakan unjuk rasa yang sudah memasuki pekan ketiga itu dapat menciptakan kekacauan di negara Afrika Utara yang memproduksi minyak dan gas alam itu. Bouteflika telah menawarkan untuk membatasi masa jabatannya setelah pemilihan presiden April mendatang.
Boutefika juga berjanji akan mengubah ‘sistem’ dalam menjalankan pemerintahan. Tapi janji tersebut tidak dapat meredam amarah pengunjuk rasa. Memicu ketidakpuasan di berbagai sektor, terutama pelajar, mahasiswa, dan kaum muda lainnya.
Beberapa sekutu lama Boutefika termasuk anggota partai FLP yang berkuasa telah mengungkapkan dukungan mereka kepada pengunjuk rasa. Mengungkapkan adanya retakan hubungan antara para elit yang dianggap tak terkalahkan.
Populasi mahasiswa di Aljazair dilaporkan sebanyak 1,7 juta orang. Lebih dari sepertiganya tinggal di dalam kampus. Tapi juga banyak yang melakukan perjalanan jauh dari rumah mereka.
BBC melaporkan para mahasiwa juga melakukan demontrasi di kta terbesar nomor dua di Aljazair, Oran dan Tizi Ouzou. Beberapa penyelenggara unjuk rasa tersebut mengatakan pada hari Jumat (8/3) sebanyak 20 juta orang ikut dalam unjuk rasa terbesar di Aljazair sejak 28 tahun.
Sumber : Reuters