Kerugian Akibat Gempa Tsunami Palu Donggala Rp10 T

Melihat data kerusakan sementara, Rp10 triliun merupakan angka yang wajar. Perkiraan saya di atas Rp10 triliun untuk kerugian dan kerusakan. Di Lombok saja sekitar Rp12 triliun

Gelombang tsunmai seret kapal hingga ke daratan pantai Palu.[IST]
TRANSINDONESIA.CO | JAKARTA – Kerugian mterila akibat gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah (Sulteng) diprakirakan di atas Rp10 triliun lebih.

“Melihat data kerusakan sementara, Rp10 triliun merupakan angka yang wajar. Perkiraan saya di atas Rp10 triliun untuk kerugian dan kerusakan. Di Lombok saja sekitar Rp12 triliun,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, di Graha BNPB, Jakarta,  Senin 1 Oktober 2018.

Menurut Sutopo, sampai saat ini belum ada informasi mengenai dana yang sudah dan akan dikeluarkan Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Namun, untuk kebutuhan logistik dan operasional di lapangan, BNPB masih memiliki dana siap pakai sekitar Rp560 miliar.

“Dana siap pakai kita belum menghitung yang sudah digunakan. Untuk penanganan darurat Kita perlu dana besar. Dana siap pakai yang tersisa tidak mencukupi untuk menangani seluruh bencana di Indonesia. Apalagi, kata dia, untuk kebutuhan recovery (perbaikan) diperlukan puluhan triliun rupiah,” terangnya.

Dikatakannya, untuk penanganan gempa yang terjadi di Lombok, dana yang dikeluarkan hampir Rp12,6 triliun, itu juga belum sepenuhnya tercukupi untuk perbaikan rumah dan kebutuhan lainnya.

“Kita sudah mengajukan Rp5,1 triliun untuk penanganan pascagempa di Lombok dan yang lainnya, termauk kebakaan hutan juga. Kita akan ajukan anggaran sesuai kebutuhan untuk penanganan, sampai rehabilitasi rekonstruksi. Nanti akan dihitung,” katanya.

Untuk penghitungan kerugian dan kerusakan, akan dipetakan kebutuhan recovery di lima sektor, antara lain infrastruktur, ekonomi, pemukiman, sosial budaya, dan lintas sektor.

“Rerkiraan sementara kerusakan ekonomi lebih dari Rp 10 triliun. Namun, saat ini BNPB masih akan fokus melakukan penanganan darurat pascagempa dan tsunami di Sulteng,” ujarnya.

Sementara, beberapa titik akibat gempa dan tsunami terjadi di Palu. Akses jalan dari Poso ke Palu terputus akibat lereng perbukitan longsor. Longsoran juga terjadi di sepanjang jalan menuju Kota Palau di wilayah Toboli-Palu.

Empat wilayah terjadi likuifaksi (pencairan tanah) akibat gempa, di antaranya ratusan rumah di Kelurahan Petobo, Kota Palu, tertimbun lumpur hitam setinggi 5 meter, Jalan Dewi Sartika Palu Selatan, Biromaru (Sigi), dan Desa Sidera (Sigi). Selain itu, Perumnas Balaroa di Kota Palu hilang ditelan amblesan tanah.

Perkiraan sekitar 1.747 rumah terdampak di Perumnas Balaroa. Sedankan sekitar 744 rumah terdampak akibat likuifaksi di Perumnas Petobo.

Di beberapa lokasi di Kabupaten Donggala, gempa dan tsunami berdampak ke tiga desa. Tiga desa itu antara lain Tolase, Kecamatan Banawa Selatan dan Desa Towale, Kecamatan Banawa Tengah. Sementara di Desa Toli, Kecamatan Banawa, pemukiman rata dengan tanah diterjang tsunami. Sutopo memperkirakan ketinggian tsunami mencapai 6-7 meter.

Untuk Kabupaten Sigi, sebanyak tujuh kecamatan masih terisolir karena akses jalan longsor dan bangunan runtuh. Tujuh kecamatan itu di antaranya Lindu, Kulawi, Kulawi Selatan, Dolo Barat, Dolo Selatan, Gumbasa, dan Salua. “Perlu bantuan logistik, obat-obatan, dan alat berat,” kata dia.

Di Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi Barat, satu orang meninggal dunia, 185 rumah rusak berat, 22 rumah rusak sedang, dan 92 rumah rusak ringan. Kerusakan itu terjadi di Kecamatan Sarjo, Sarude, Bambaria, Bambalamotu, Pedongga, dan Pasangkayu.[REP/TRS]

Share