KKP Jadikan Kotawaringin Timur Sentra Patin Nasional
Ada tiga strategi yang kami lakukan dalam mengembangkan perikanan di Kabupaten Kotim
TRANSINDONESIA.CO | JAKARTA – Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) Provinsi Kalimantan Tengah dinilai layak menjadi sentra ikan patin nasional. Selain memiliki potensi besar, kabupaten ini juga telah menerapkan budidaya ikan berbasis kawasan, sebagai wujud budidaya yang bertanggung jawab dan ramah lingkungan.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, menjelaskan Desa ini ditetapkan sebagai salah satu kawasan pengembangan ikan patin. Terdapat lebih dari 220 kolam di mana 45 kolam di antaranya sudah siap dipanen, setidaknya sebanyak 40 ton.
Konsumsi ikan per kapita kita terus naik, jika sebelumnya sebanyak 40 kilogram (kg) per kapita di tahun 2017 maka pada tahun 2019 ditarget sebanyak 53 kg. Ini tentu harus diikuti keseriusan untuk meningkatkan produksi ikannya guna memperkuat ketahanan pangan nasional.
“Saya rasa langkah pemda Kotim sudah tepat. Untuk itu Kotim saya rasa sangat pas menjadi sentra pengembangan patin nasional.” ujar Slamet melalui keterangan persnya, Rabu (12/9).
Lebih lanjut, untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ikan dalam negeri, KKP ungkap Slamet, terus mendorong pengembangan usaha budidaya melalui klasterisasi kawasan berbasis komoditas unggulan daerah. Menurutnya, strategi ini sangat ampuh untuk percepatan pengembangan kawasan, karena pada prinsipnya setiap komoditas yang dikembangkan memiliki karakteristik yang khas sesuai kondisi lokasi.
Wakil Bupati Kotim, M Taufiq Mukri menjelaskan komoditas utama yang dikembangkan di Kotim yaitu patin, nila dan jelawat untuk komoditas air tawar. Sedangkan komoditas air payau yaitu udang dan ikan bandeng. Masing-masing komoditas telah ditetapkan kawasan pengembangannya.
“Ada tiga strategi yang kami lakukan dalam mengembangkan perikanan di Kabupaten Kotim. Pertama kami tata kawasannya, ada yang khusus patin, nila dan tambak udang. Kedua pengemabangan dan pelestarian ikan Jelawat yang menjadi ikon Kota Sampit dan ketiga pengembangan ikan introduksi dengan pola budidaya kolam maupun sistem bioflok,” ujarnya.[REP/ROL]