Keselamatan Berlalulintas Nadi Kehidupan

TRANSINDONESIA.CO – Pada saat ada operasi kepolisian yang berkaitan dengan penegakkan hukum yang dipermasalahkan selalu saja ancamannya, larangannya dan sebagainya.

Hal tersebut merefleksikan budaya yang hanya mengabaikan keselamatan. Lupa bahwa sumberdaya manusia aset utama bangsa. Lupa bahwa hukum merupakan refleksi budaya bangsa, lupa bahwa lalu lintas sebagai urat nadi kehidupan.

Hukum yang merupakan standar peradaban yang semestinya bangga mematuhi justru diputarbalikkan menjadi hantu untuk mengancam menakut nakuti.

Polisi Cilik mengatur lalulintas.[Ist]
Mediapun lebh senang mengulas ancamanya enggan mencerahkan di bidang keselamatan. Bad news is good news? Kalau itu menjadi jualanya betapa malunya kita sebagai bangsa yang beradab di era digital.

Goreng menggoreng melempar issue yang tidak mencerahkan menjadikan opini publik menjadi simpang siur. Media yang mencerahkan akan berupaya: 1. Memberitakan seauatu yang menginspirasi, 2. Berani menyatakan dan mengatkan kebenaran bukan melakukan dan mencari pembenaran, 3. Mendorong orang lain berbuat baik ini ada transformasi ke arah pembudayaan, 4. Memberikan hiburan bukan menggaduhkan

Ke 4 point di atas mmg sering dianggap tidak menjual. Kemanusiaan, keselamatan mungkin dianggap berita sampah, berita yang tidak menjual.

Hal yang kontroversial dan provokatif. Sesuatu yang biasa saja bisa dijadikan hal luar biasa walaupun malah memamerkan ketololanya.

Ini tentu keselamatan dan membangun budya tertib atas dasar kesadaran menjadi terabaikan atau seakan akan tidak dibuktikan.

Hukum dijadikan hantu pelarangan dan pengamcaman. Lupa bahwa hukum adalah peradaban yang dibuat untuk menyelamatkan, mencegah kecelakaan, mengatasi masalah kemacetan, membangun budaya patuh hukum, tertib berlalu lintas atas kesadaran, melindungi mengayomi pengguna jalan agar aman selamanya, tertib lancar, agar ada kepastian penyelesaian masalah, dan menjadi bagian dari edukasi.[CDL]

Share
Leave a comment