KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL MENUJU POLRI YANG PROMOTER (3)
TRANSINDONESIA.CO – Oleh: Chryshnanda DL
SANG PEMIMPIN REFORMASI BIROKRASI
Menjabarkan makna dan implementasi reformasi birokrasi menuju kepolisian yang Promoter dapat dilihat dari para pemimpinya dalam melakukan perbaikan lingkup birokrasi yang dipimpinnya. Perbaikan yang dilakukan ditunjukan dari : Visi yang menunjukkan tingkat kecerdasan untuk mewujudkan impian bagi penyiapan yang lebih baik di masa yang akan datang. Sang pemimpin tatkala tingkat kecerdasanya cupet atau hanya pas-pasan maka tidak akan mampu mereformasi; Kejujuran, seorang pemimpin tatkala tidak jujur maka akan melakukan kebohongan-kebohongan dan bermain-main dengan kekuasaanya tidak lagi menjadi patriot. Bisa saja menjadi benalu yang menggerogoti; Ketulusan hatinya, merefleksikan bahwa apa yang menjadi kebijakan dalam mewujudkan mimpinya adalah untuk memperbaiki kesalahan, menyiapkan kebutuhan dan harapan di masa kini maupun bagi masa depan yang lebih baik; Berani, memiliki keberanian untuk menjadi tempered radikal, keluar main stream atau out of the box dalam mewujudkan impianya dan, Bertanggung jawab, apa yang dilakukan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum, administrasi, fungsional, sosial maupun secara moral.
Sang pemimpin sadar bahwa dirinya akan menjadi sang pencerah, role model bahkan sebagai ikon. Sang pemimpin akan menemui tantangan, ancaman, hambatan, gangguan yang besar dari dalam maupun dari luar. Dari bawahan, teman selevel hingga atasanya. Kenyamanan dengan pola-pola yang lama menjadi lilitan kuat untuk mempertahan kenyamanan dan kemapananya. Sang pemimpin reformasi berani mengingatkan dan menghentikan yang salah, mengatakan dan melakukan yang benar. Tiada hari tanpa berbuat kebaikan dan melakukan perbaikan.
Perbaikan-perbaikan yang dilakukan menjadi harapan yang ditunjukkan. Pikiran, perkataanya dan perbuatanya tertuju untuk memperbaiki kesalahan masa lalu, siap di masa kini dan menyiapkan masa depan yang lebih baik. Prestasi sang pemimpin bisa dikategorikan sebagai berikut: 1. Mampu menyatukan atau menyamakan persepsi untuk maju atau membangun atau melakukan apa saja dan dipercaya penuh oleh warganya, 2. Mampu memberdayakan apa saja potensi-potensi yang ada untuk menjadi kemaslahatan hidup banyak orang, 3. Mampu memprediksi (melihat sesuatu baik dari segi positif maupun negatifnya), mengantisipasi (mencegah) dan memberikan solusi atas konflik dan masalah-masalah yang terjadi, 4. Mampu memberikan motivasi, konsultasi bahkan tempat curhat bagi siapa saja, 5. Senantiasa menginspirasi (kreatif, inovatif) selalu ada hal-hal baru sebagai terobosan kreatif, 6. Mampu mentransformasi kompetensinya ke segala lini, 7. Integritasnya terbukti dan teruji saat menggunakan kewenangan dan kekuasaanya, 8. Karya-karyanya dibidang administrasi, operasional, fisik bangunan atau infrastruktur, sistem-sistem (soft ware dan hard ware), hukum dan peraturan-peraturan, dan sumber daya manusia yang berkarakter mampu menjadi unggulan dan layak dibanggakan.
Pemimpin yang transformatif adalah pemimpin yang mampu mengerjakan atau mengambil kebijakan sebagaimana yang seharusnya. Ia tidak terikat hutang budi, tidak takut mengatakan apa yang semestinya, tidak kucing-kucingan, bekerja atas dasar kompetensi ketulusan dan kemanusiaan, bernyali untuk menjadi pionir dan ikon perubahan, berani memerangi mafia, tidak melakukan hal-hal yang kontra produktif yang berdampak publik tidak percaya.
Sang pemimpin mampu menunjukkan karakter dan integritasnya. Keberhasilan sang pemimpin dapat dinilai dari: Internal kelembagaan, Kebijakan-kebijakannya mampu memprediksi, mengantisipasi dan memberi solusi, Mampu memberdayakan potensi-potensi yang ada, Menginspirasi, dan mampu menjadikan perubahan, Mampu menyelenggarakan tugas secara profesional, cerdas, bermoral dan modern, Visioner, Apa yang dirasakan oleh masyarakat, Meningkatnya kualitas kamtibmas yang ditunjukkan (tidak adanya premanisme, pemalakan, kewajiban setor, backing, illegal dan sebagainya)
Pemimpin seakan menjadi harapan dan menjadi nahkoda pembawa kapal mencapai tanah harapan dan dunia baru. Pemimpin tatkala dikatakan kuper (kurang pergaulan: katrok atau ndeso, tidak mau tahu dan memaksakan jurus pokok-e yang sangat pekok) maka segala asset dan sumber daya akan mati satu persatu atau bahkan bisa mati bersama-sama dan remuknya berkeping-keping dan langsung menjadi sampah apalagi teknologi. Pemimpin katrok sangat disukai di dalam birokrasi patrimonial atau otoriter karena tingkat loyalitasnya yang luar biasa kepada ndoro-ndoronya, selalu siap menyenang-nyenangkan ke atas walau menginjak yang di bawah dan menyepak yang di samping.
Semua keburukan dan kekurangan tertutup kabut loyalitas dan ndoro ini sebagai cantelan dan pengikat untuk selalu dan langgeng berkuasa. Tidak mudah memperbaiki birokrasi seperti ini karena bukan hanya naganya yang marah bila dilakukan perubahan, namun kutu-kutu birokrasipun akan terus membuat gerah, gatal dan tidak nyaman. Salah satu kerja kutu-kutu birokrasi ini menyewa atau membayar media abal-abal untuk menyerang kanan, kiri, atas dan bawah. Kutu-kutu birokrasi memang militan dalam KKN karena mereka pelaksananya dan pemangkas saraf-saraf pada sistem yang dilumpuhkan. Sistem-sistem yang ada akan menjadi onggokan bagai bangkai yang menimbulkan suasana dan aroma tidak sedap. Nalar akan, tergerus kuasa, logika akan ditukar dengan seonggok candu KKN. Semu, kepura-puraan, saling hantam itulah birokrasi dengan pemimpin yang kuper.
Pemimpin itu pemikir?
“Kalau pemimpin menjadi pemikir, lalu siapa yang memimpin?”, Dalih seperti ini sering ditunjukan sikap bahwa pemimpin tidak perlu ikut memikirkan, cukup memerintah, mendelegasikan dan mengoreksi, model dan gaya pemimpin seperti ini dapat dipastikan menjadi benalu birokrasi. Pemimpin yang anti memikir dan kalau memikirkan praktis-praktis, sangat dangkal dan sederhana, ini petaka buat institusi. Karena tidak akan mampu memajukan, can not doing anything, isinya marah dan merintah belum lagi serakah hanya mengandalkan galak maupun cluthak.
Pemimpin di era digital adalah pemimpin-pemimpin yang transformasional, yang mampu mentransferkan ilmu dan pemikirannya kepada anak buah. Pemimpin itu guru, inspirator, motivator, konsultan, sekaligus fighter (pemberani). Pemimpin yang tidak mampu berpikir maka ia akan menjadi ekor dan tindakannya cenderung sebatas reaktif dan temporer saja, tak jarang malah mengedepankan sikap dan cara-cara anarkis. Pendekatan personal, pendekatan uang dipuja dan diagungkan sebagai penukar otaknya. Yang dihasilkan adalah orang-orang yang licik, penuh dengan iri dengki, kroni-kroni, klik-klikan dan selalu tergantung pada jabatan dan kekuasaan karena uang sudah meracuni dan melumpuhkan otak maupun hatinya. Tatkala pemimpin mampu menjadi pemikir, maka akan:
- Mampu memberikan ide-ide baru yang visioner untuk memperbaiki kesalahan di masa lalu, siap dimasa kini dan mampu menyiapkan masa depan yang lebih baik.
- Mampu memberdayakan sumber daya yang ada secara kreatif dan inovatif.
- Mampu memotivasi, memberi solusi dan menjadi konsultan.
- Mampu menjadi guru dalam mentransformasikan keahlian pada anak buahnya.
- Berani untuk memperjuangkan kebaikan dan kebenaran serta seorang fighter untuk mendobrak status quo dan kelompok-kelompok comfort zone.
Dengan demikian apa yang dikerjakan mampu dipertanggung jawabkan secara, administrasi, hukum, fungsional (kemanfaatan bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat dan sebagainya), moral untuk menunjukan kebenaran yang diperjuangkan untuk memajukan dan menumbuh kembangkan institusi yang dipimpinya.
Bagi pemimpin publik, kepemimpinanya tercermin dalam perilaku organisasi dan pelayanan kepada publik. Karena disitulah kebijakan-kebijakannya diambil dan diputuskan dan bagaimana ia mampu merubah mind set dan culture set yang dipimpinya. Inti dari administrasi adalah management, inti dari management adalah kepemimpinan, inti dari kepemimpinan adalah pengambilan keputusan, inti pengambilan keputusan adalah human relation. Pemimpin akan menjadi role model bagi anak buahnya.
Pemimpin yang dijadikan role model/ikon pembaharuan oleh anak buahnya, karena memiliki integritas, komitmen, kompetensi dan keunggulan. Itulah karakter pemimpin. Pemikiran-pemikiran pemimpin yang transformasional adalah pemikiran yang : 1. Visioner, 2. Problem solving, 3. Kreatif dan inovatif, 4. Menjadikan unggul. Perkataan-perkataannya adalah : 1. Memotivasi, 2. Menyadarkan, 3. Memberdayakan, 4. Menguatkan, 5. Menyejukan, 5. Membawa pada harapan. Perbuatan-perbuatannya : 1. Secara pribadi mampu menunjukan moralitasnya, 2. Mampu menunjukan kepiawaianya dalam berpikir yang visioner dan kompetensinya dalam bekerja, 3. Mencerminkan kecintaan dan kebanggaan pada pekerjaanya, 4. Menunjukan disiplin dan tanggung jawabnya.
Tatkala pemimpin pemikiran, perkataan dan perbuatannya tidak konsisten, mencerminkan tingkat kualitas berpikirnya, kompetensinya, juga attitudenya. Pemimpin publik tercermin dari pelayanan publiknya + perilaku anak buah yang dipimpinnya.
Naluri Artistik dan Estetik Para Pemimpin
Kepemimpinan itu seni, untuk meyakinkan, menggerakan orang lain mengarahkan, memberdayan dan mengatasi berbagai hambatan, menemukan berbagai terobosan baru dalam rangka mencapai tujuan. Kalau kepemimpinan dipahami sebagai seni berarti para pemimpin perlu memiliki naluri artistik dan estetik. Pemimpin yang memahami seni dengan naluri artistic dan estetika maka akan memimpin dengan hati, berempati bahkan mampu memberdayakan secara maksimal. Pemimpin dengan kepemimpinan yang kaku tanpa kemampuan dan kepedulian akan seni biasanya akan cenderung menjadi otoriter, jaim, ekslusif dan sulit diajak komunikasi bahkan seakan akan menjadi anti kemajuan.
Seni akan menghidupkan dan lebih memanusiakan? Susasana kerja yang tidak manusiawi biasanya tidak nyaman, potensi konfliknya besar dan tidak kreatif. Bekerja dengan datar saja dan menunggu perintah, tiada inisiatif baru, pengekor, tanpa mampu bersaing apalagi melampaui. Pemimpin yang mampu membangun keadilan atau adanya rasa keadilan tingkat kesadaran, tanggung jawab dan disiplin tinggi. Pemimpin menjaga dan membangun peradaban, tatkala hanya mengandalkan hal-hal teknis tanpa mampu mengapresiasi dan mengekspresikan seni cepat atau lambat apa yang dipimpinnya terus merosot bahkan kontra produktif.
Pemimpin yang bernaluri artistik dan estetik akan lebih peduli pada kemanusiaan dan mampu memanusiakan manusia untuk hidup terus meningkat kualitasnya. Citra positif akan disandangnya dan penghargaan akan seni menjadi pilar kesuksesan dalam membangun peradaban dan meningkatkan kualitas hidup.
Pemimpin dengan gaya kepemimpinanya akan mewarnai/ menunjukan karakter pemimpinya. “Singa dipimpin kambing akan mengembik dan kambing dipimpin singa akan mengaum”. Lebih menakutkan 100 kambing yang dipimpin singa daripa 100 singa yang dipimpin kambing. Analogi singa dan kambing menunjukan kelas dan karakter pemimpin. Pemimpin yang tidak berkarakter tatkala memimpin datar-datar saja, lambat-lambat, kerapuhan internal, ekspektasi dari luar rendah dan banyak dampak negatif lainya yang muncul. Demikian sebaliknya, tatkala pemimpin mampu mewujudkan mimpinya, membawa kesejahteraan bagi bawahanya dan ada kepastian, semangat, ada empowering, berwibawa dan disegani. “Tidak ada anak buah yang salah”.
Rapot sang pemimpin semestinya ada dan dapat dilihat dari empat hal bidang administrasi : 1. Karakter dan integritas SDM, 2. Kualitas sistem perencanaan (prediksi, solusi, produksi/pencapaian tujuan, antisipasi), 3. Modernitas Sarpras: back office , aplikasi dan network . 4. Sistem anggaran (berbasis kinerja baik yang budenganeter maupun non budenganeter). Di bidang operasional dilihat dari operasi rutin, khusus dan kontijensi dari pola-pola kinerja yang berbasis wilayah, fungsional dan dampak masalah. Kesemua itu terwujud dalam system-sistem pelayanan publik yang prima: 1. Cepat, 2. Tepat, 3. Akurat, 4. Transparan, 5. Akuntabel, 6. Informatif dan 7. Mudah diakses.
Dalam bidang capacity: tererfleksi dalam core function dan core competitornya. Kesehatan birokrasi akan sehat dan berkualitas pula dalam pelayananya kepada masyarakat. Sebaliknya birokrasi yang sakit akan menjadi benalu dan kontra produktif.[bersambung]