300 Korban Jiwa Akibat Longsor di Sierra Leone

TRANSINDONESIA.CO,  FREETOWN – Bencana tanah longsor di Freetown, Sierra Leone, telah memakan 300 lebih korban jiwa dan 600 lainnya masih dinyatakan hilang. Pemerintah Sierra Leone menetapkan masa berkabung selama sepekan untuk para korban dalam bencana tersebut.

Hujan deras yang mengguyur daerah Regent, Freetown, selama tiga hari berturut-turut telah menyebabkan banjir bandang dan tanah longsor. Ini merupakan bencana terburuk yang pernah dialami Sierra Leone.

PBB, pada Selasa 15 Agustus 2017, mengatakan pihaknya sedang mengevaluasi kebutuhan kemanusiaan di negara tersebut. “Rencana kontingensi sedang dilakukan untuk mengurangi potensi wabah penyakit yang ditularkan melalui air seperti kolera, tipus, dan diare,” ungkap juru bicara PBB Stephane Dujarric, seperti dilaporkan laman Aljazirah, Rabu 16 Agustus 2017.

Peta Sierra Leone

Ia mengungkapkan tim negara PBB di Sierra Leone telah memobilisasi dan mendukung otoritas nasional Sierra Leone.

“Kami mendukung otoritas Sierran Leone dalam operasi penyelamatan, evakuasi penduduk, pemberian bantuan medis kepada para korban terluka, mendaftar korban selamat, serta memberikan pasokan makanan, air, dan peralatan kepada mereka yang terkena dampak,” ujar Dujarric.

Dujarric mencatat Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) telah mengeluarkan dana darurat sebesar 150 ribu dolar Amerika Serikat segera setelah banjir.

Sebelumnya, Presiden Sierra Leone Ernest Bai Koroma mengaku terkejut melihat dampak banjir dan tanah longsor yang begitu parah. “Seluruh komunitas telah dilenyapkan. Kami butuh bantuan dan dukungan mendesak sekarang,” katanya.[ROL]

Share