Dari Wakaf Perigi dan Properti Menginspirasi Wakaf City? [3]
TRANSINDONESIA.CO – Menginspirasi Imaret
Mungkinkah harta wakaf yang dikembangkan menjadi kota? Di Turki, dikenal lembaga Imaret, suatu kawasan terpadu yang mengintegrasikan amaliah keagamaan dengan kesejahteraan sosial, yang disokong aktifikas komersial menjadi satu kesatuan tak terpisahkan. Jamak menyebutnya kawasan imaret dengan diksi kota wakaf (wakaf city).
Di sana tersedia masjid, madrasah dengan pelbagai jenis dan tingkat, wisma penginapan, dapur umum bagi kaum miskin dan musafir, klinik-klinik, penampungan anak yatim, perpustakaan, instalasi air, bahkan tanah pemakaman, pabrik roti, taman dan kolam renang, bengkel, toko-toko, dan rumah zakat. Wakaf menjadi instrumen amaliah yang merambah segenap lingkup kehidupan manusia, seluas keperluan warga, komunitas dan masyarakat.
Cara mengelolanya? Wakaf memiliki anasir penerima amanat harta wakaf yang disebut nadzir ataupun mutawali. Harta wakaf dikelola mutawalli (pengelola wakaf yang ditunjuk pemberi wakaf)yang hasilnya dijadikan sumber dana amaliah kesejahteraan sosial, seperti dalam bentuk berbagai jenis wakaf di atas.
Tersebab itu, pendapatan dari hasil wakaf dikembangkan lagi menjadi jenis wakaf baru. Dirjen Wakaf Turki berinvestasi di sektor perbankan, perusahaan minyak, perhotelan, industry tekstil, perusahaan perdagangan ekspor dan impor. Misalnya di Turkish Auqaf Bank, Dirjen Wakaf memiliki saham 75 persen.
Mekanismenya? Pengelolaan wakaf bisa dengan 2 jurus. Satu jurus, sebagian wakaf dikelola Dirjen Wakaf. Satu jurus lagi dikelola mutawali. Akuntabilitasnya? Dirjen Wakaf yang ditunjuk dan berada di bawah Kantor Perdana Menteri melakukan supervisi dan kontrol terhadap wakaf yang dikelola mutawalli. Diwajibkan pula mempunyai dewan manajemen, dan wajib dilakukan audit atas hasil pengembangan wakaf. Sangat amanah, akuntabel dan profesional.
Wakaf yang dikelola dalam paket sempurna yang menjelma menjadi kawasan wakaf, semisal wakaf tanah untuk membangun perumahan yang dilengkapi dengan wakaf sekolah, rumah sakit, masjid, pemakaman, taman bermain, fasilitas jalan dan sumber air, tempat istirahat pelintas alias musafir, fasilitas prasarana, sarana dan utilitas (dengan akronim PSU, jika di Indonesia), dan seterusnya bergeliat sempurna menjadi kawasan bahkan menginspirasi menjadi kotabahagia. Di Turki dikenal lembaga Imaret. Imaret berasal dari kata
Artinya, tak hanya wakaf tak hanya untuk urusan ritual formal tepat ibadah, seperti wakaf tanah masjid, bahkan wakaf tanah depan rumah yang tersedia sehampar taman, yang setiap siang sampai petang dipakai sebagai pasar mungil bagi pedagang “barang lusuh”, mirip konsep zona pemberdayaan warga kota seperti penulis dengar dari ujaran Parwoto, pakar perumahan komunitas.
Dimanakah wakaf taman/pasar “barang runcit” dari peniaga diaspora Aceh itu? Lokasinya sehala di depan Masjid Aceh, Penang, seperti laporan pandangan mata kawan saya Emil Wira Aulia, wartawan dan novelis yang mewawancarai warga sekitarnya beberapa tahun lalu. Pun, jangan terentak jika ada yang mewakafkan biji-bijian makanan burung yang acap datang dan hinggap dari perjalanan migrasi musin dingin.
Memang, acapkali ikhwal wakaf kaya dengan kisah inspiratif. Masih ingat cerita rakyat Aceh mewakafkan emas untuk membeli pesawat terbang Kepresidenan jenis DC-47B yang kemudian diberi nama RI 001-Seulawah? Pun demikian tempo dulu, Sulthan Langkat tercatat mewakafkan tanah untuk pesantren Babussalam yang mengembangkan tariqat naqsabandiyah.
Ini kisah inspiratif wakaf perigi (sumur) sahabat Rasulullah Ustman bin Affan. Sumur yang terletak di kota Madinah itu dibelinya dari seorang Yahudi kaya yang semula enggan menjualnya, namun hanya separuh sumur. Perjanjiannya, satu hari hak Ustman dan hari esoknya menjadi hak pemilik asalnya.Begitu seterusnya, sampai Ustman mewakafkan seutuhnya. Sampai kini, wakaf sumur Ustman itu dimanfaatkan Kementerian Pertanian Arab Saudi untuk mengairi perkebunan di sekitarnya, yang kini dikenali dengan sumur ustman, the well of ustman. Sangat inspiratif.
Tersebab itu, jangan heran jika geliat dan gairah wakaf itu demikian bergelora. Sempurna dengan epos dan kisah unik inspiratif yang menyentak, dan kadang menyindir detak hati kecil. Sebut saja itu “subhanallah factor” ikhwal wakaf, yang bersemi karena ketulusan hati mencari ridho Ilahi. Yang semaiannya dipupuk oleh doa syukur musafir yang melepas dahaga dari wakaf sumur, pak tua yang menjual “barang rombeng” di pasar/taman yang diwakafkan diaspora Aceh di Penang, burung-burung yang bisa terbang lagi usai mamatuk biji-bijian yang diwakafkan.
Tenaga manfaat dari “pohon” wakaf terus menerus berputik sari, megar berbunga, serta berbuah lebat dan historis sebagai kisah inspiratif dari kesatria wakaf. Mengapa kesatria? Sebab wakaf menjadi karakter para pemimpin dan kesatria, guna mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW dan para sahabat. Begitu rujukan dari bebagai sumber.
[Muhammad Joni,SH,MH:KetuaMasyarakat Konstitusi Indonesia (MKI), Sekretaris Umum Housing and Urban Development (HUD) Institute, Managing Partner Law Office Joni & Tanamas]