One Stop Service, Mungkinkah?

TRANSINDONESIA.CO – Pelayanan publik merupakan cermin dari peradaban suatu bangsa? Mungkin terlalu lebay. Pelayanan publik refleksi profesionalisme aparatur negara dan wujud kecintaan serta kebanggaanya di dalam membangun peradaban bangsanya. Mungkin ini sedikit lebih mudah dilihat dirasakan oleh publik.

Tatkala pelayanan publik ini menjadi sesuatu yang membanggakan menjadi core dan icon suatu institusi tentu akan dilakukan dengan prima dan tulus hati. Namun, sebaliknya tatkala pelayanan publik menjadi ajang penyimpangan perebutan kewenangan bahkan kesewenang-wenangan, sebenarnya tinggal menunggu saja kapan ini meledaknya.

Pelayanan publik dapat dikategorikan sebagai berikut:

  1. Pelayanan administrasi yaitu pelayanan yg diberikan kepada publik untuk dapat memanfaatkan administrasi baik untuk perijinan, pengkajian, pengawasan, pertanggungjawban, bahkan untuk mendapatkan fasilitas-fasilitas baik dari pemerintah maupun sektor bisnis.
  2. Pelayanan hukum, ini merupakan bagian untuk adanya kepastian bagi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan adanya kepastian. Pelayanan hukum ini akan memberikan jaminan dari berbagai hal yang bisa menjadi penuh ketidakpastian, juga memberikan solusi secara beradab mampu mencegah bila terjadi penyimpangan-penyimpangan. Selain itu juga mencerdaskan kehidupan bangsa hukum dan penegakkanya dilakukan untuk melindungi mengayomi dan melayani masyarakat, korban, juga para pencari keadilan.
  3. Pelayanan keamanan dan keselamatan. Kedua hal ini saling terkait ini akan berkaitan dengan sistem-sistem operasional dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Keamanan dan keselamatan merupakan suatu jaminan yang diberikan untuk memprediksi, mengantisipasi dan memberi soluai dalam kondisi normal maupun kontijensi.
  4. Pelayanan informasi. Di era digital informasi merupakan suatu sumber kekuatan bagi masyarakatnya. Sehingga kecepatan, keakurasianya, kemudahan mengaksesnyapun menjadi standart keunggulanya.
  5. Pelayanan kemanusiaan, merupakan pelayanan sosial agar keteraturan keharmonian dalam kehidupan sosial dapat berjalan dengan sebagaimana semestinya. Pelayanan kemanusiaan sebagai suatu standar prima, bagaimana segala sesuatu hal dapat dilakukan secara cepat, tepat, akurat, transparan, akuntabel, informatif dan mudah mengaksesnya.
Ilustrasi

Pelayanan publik bisa dikatakan dilayani oleh berbagai institusi. Berbagai spirit menggelorakan untuk sinergi dan berintegrasi, namun faktanya cara-cara konvensional, manual dan parsial, tra saja dilakukan.

Mengapa demikian tra terjadi ? Bisa saja kelompok confort zone, kelompok-kelompok status quo mempertahankan kemapananya dan kenyamananya. Enggan untuk melakukan perubahan, atau malah takut kehilangan hak-hak istiewanya?

Bisa saja demikian. Namun tatkala core dari pelayanan publik adalah untuk mengangkat harkat manusia dan citra bangsa maka cara-cara konvensional, parsial dan manual akan dibperbaharui dengan sistem on line.

Saatnya, kita mengatakan akhir dari sistem birokrasi yang tidak rasional yang sarat dengan pendekatan-pendekatan personal. Sehingga sulit mengukur standar profesionalismenya baik di dalam birokrasi maupun di dalam masyarakat.

Membangun birokrasi yang rasional diperlukan suatu political will yang kuat. Tentu didukung para mitra sebagai bagian dari soft powernya.

Para aparatur negara tanpa dukungan dari luar, sulit rasanya memperbaiki birokrasinya. Orang-orang di dalam bisa saja menjadi tempered radical yang berpikir out of the box atau keluar dari maind stream yang ada.

Namun, jebakan-jebakan labirin birokrasi begitu rumit dan bisa-bisa membuat orang-orang baik  atau yang ingin mewaraskan birokrasi terjebak dan dikorbankan.

Dengan kemajuan teknologi, kemitraan dengan para pemangku kepentingan dalam membangun pelayanan dalam one stop service akan semakin mudah dan banyak efisiensi yang bisa dilakukan termasuk menangkal penyimpangan-penyimpangan.

Pelayanan publik sekarang ini secara ekstrim saya analogikan seperti pejagalan/ tempat pemotongan hewan. Pemotonganya dari ekor. Tatkala dipotong di ekornya rasa sakit akan membuat yang potong berteriak dan yang memotongpun menghilang dengan potonganya.

Demikian selanjutnya memotong kakinya sama juga yang dilakukan sebelumnya. Rasa sakit dan penyiksaan inilah yang disukai kaum-kaum mapan dan nyaman.

Tatkala dion linkan maka sistem-sistem yang di onlinekan secara elektronik melalui back office aplication dan net worknya, maka masyarkat cukup datang ke suatu tempat atau secara online untuk medapatkan sistem pelayanan yang dibutuhkan.

Yang bisa dikerjakan dengan sistem mengapa harus dilakukan manusia? Pertanyaanya kalau semua on line, apa gunanya sumber-sumber daya manusia? Ini pertanyaan konyol, namun sering menjadi pembenar untuk berjayanya status quo.

SDM ini aset utama bangsa kehebatan manusia, ada pada pemikiran, hatinurani dan otot atau tenaga. Gerakan-gerakan menuju one stop service dikakukan pada back office melalui aplikasi-aplikasi elektronik yang terhubung satu dengan lainnya.

Para pekerja, SDMnya tentu akan menjadi penghubung, menjembatani untuk adanya solusi-solusi yang profesional, cerdas, bermoral dan modern.

meningkatnya harkat dan martabat para aparatur negara tatkala birokrasi mampu membangun sistem-sistem pelayanan dalam one gate service, sistem-sistem online melalui aplikasi elektronik yang mampu memberikan pelayanan tersebut secara prima. Yang cepat, tepat, akurat, transparan, akuntabel, informatif dan mudah diakaes.[CDL]

Share