“Rem Blong” Kambing Hitam Kecelakaan Bus atau Truk

TRANSINDONESIA.CO – Rem blong menjadi statemen mudah, dalam menentukan penyebab kecelakaan yang terjadi di lokasi tanjakan atau turunan tajam berliku. Singkat jelas dan tanpa pikir panjang menjadi pembenar atas suatu kejadian.

Pertanyaanya adalah mengapa terjadi rem blong? Bukankah saat di pool oke-oke saja dan tidak ada masalah? Kembali lagi masalah uji kelaikan menjadi dasar dan alat tuding lempar tangung jawab, saling menyalahkan.

Benarkah hanya masalah uji tipe? Atau kelalaian pengemudi? Atau pengusaha yang tidak memiliki kompetemsi berbisnis angkutan? Atau penyidikan sebatas pro justitia sudah mencukupi?

Pertanyaan di atas memerlukan tindakan-tindakan yang terpadu sehingga tidak lagi berulang atau setidaknya mulai sadar bahwa kendaraan pèrlu dirawat dan dijaga kesehatanya. Termasuk juga pengemudinya.

Korban kecelakaan tunggal bus wisata di tanjakan Pok Cucak, Desa Sidorejo, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, DIY, Minggu 2 April 2017 pagi.[IST]
Pengusaha dan penggunapun menyadari bahwa pengabaian atas standar safety dan security akan menjadi petaka tatkala diabaikan dan akan terus berulang dari waktu ke waktu.

Kendaraan bermotor bisa kita analogikan sebagai tubuh manusia, yang harus dilakukan general checkup dan memiliki medical record untuk menjaga kesehatanya.

Bisa saja KW depan ada sistem asuransi model BPJS bagi kendaraan bermotor. Tatkala dioperasionalkan medical record dan general checkup menjadi jaminan kesehatan kendaraann.

Bengkel, seringkali menjadi bagian yang terabaikan atau dibiarkan semaunya tanpa standar kompetetensi. Bengkel yang merawat kendaraan bagai dokter atau rumah sakit yang juga ikut bertanggung jawab atas kesehatan kendaraan yang dirawatnya.

Pemilik atau pengusaha juga beetanggung jawab atas keselamatan pengguna dan pelanggannya. Caranya menunjukkan SOP bagi pengoperasionalan dan kompetensi pengemudi serta jaminan asuransinya.

Standar bisnis transportasi sering diabaikan dan perijinan sering sebatas stempel atau malahan jadi lahan pemalakan.

Bagi pengemudi kendaraan besar secara hipotesis dapat dikatakan mantan kernet yang memiki ketrampilan mengemudi. Namun yang berkaitan dengan safety dan security dapat dikatakan tidak pernah diperoleh dalam pendidikan.

Tatkala menyatakan akan membangun safety driving centre sebagai wadah edukasi dan solusi urusan birokrasi dan adminiatrasi, lagi-lagi melilit rumit dengan berbagai aturan yang kadang tidak rasional.

Bagi pengguna juga asal murah mudah sudah cukup. Klontongan body ok dan sip dipilihnya. Ketidak pahaman ini menjadi penyesatan dan menjadi petaka dan kedukaan.

Asuransi yang belum bisa mengcover secara keutuhanpun menybabkan sebatas pembayar santunan belum berfungsi sebagai bagian investasi keselamatan.

Point-point di atas tatkala terus terabaikan maka akan berulang dan rem blong menjadi jawaban singkat jelas padat lempar tangan untuk mengkambing hitamkan atas kejadian kecelakaan.[CDL]

Share
Leave a comment