Rukun Dalam Kebhibekaan
TRANSINDONESIA.CO – Rukun agawe santosa, crah agawe bubrah. Rukun merupakan konsep penting di dalam merawat dan menumbuhkembangkan Kebhinekaan di Indonesia.
RT wadah kerukunan antar tetangga wujud komunitas antar keluarga yang menjadi tetangga dalam satu lingkungan kecil. RW (Rukun Warga) wadah komunitas RT (Rukun Tetangga).
Konsep rukun merupakan landasan hakiki bagi berlangsungnya suatu komunitas, termasuk dalam keluarga. Ketidak rukunan membuat kehancuran atau bubrah, dan tatkala terjadi rukun akan dapat menjadikan sejahtera atau santosa.
Konsep rukun dicederai adanya konflik perebutan sumber daya atau perebutan pendistribusian sumber daya.
Konflik komunal maupun konflik sosial memerlukan solidaritas dan legitimasi atas tindakanya. Untuk mendapatkan legitinasi dan solidaritas yang cepat dan mudah adalah memanfaatkan isu-isu yang berkaitan dengan primordial, di sini rukun menjadi terabaikan sebagai passion hidup bersama.
Sekarang ini, banyak orang menyebutkan RT/RW sebagai petunjuk alamat tempat tinggal atau tempat-tempat tertentu, namun tanpa sengaja melupakan atau tidak melihat konsep rukun sebagai basicnya. Rukun sering kali dianggap kuno, angin lalu dan tidak populer lagi.
Rukun sebagai passion Kebhinekaan merupakan suatu upaya merekaatkan perbedaan, mengerem potensi-potensi konflik.
Rukun sebagai filosofi merupakan kesadaran tanggung jawab dan disiplin atas kesepakatan yang dibuat. Rukun sebagai bentuk penerimaan pengakuan dan penghargaan antar sesama dalam keberagaman.
Kerukunan bisa juga karena kebagian. Diam tenang tatkala ada kepastian dalam pembagian sumber daya. Mendukung karena memperoleh bagian.
Proses mendapàtkan bagian ini yamg semestinya dilihat dari kinerja atau prestasi kerjanya, tidak boleh lagi gebyah uyah dengan pola karitas atau sedekah atau ala preman sebagai buluh bekti glondong pangareng areng.
Hal terpenting lagi, isu ketidak adilan hingga pelecehan akan menjadi isu untuk merusak kerukunan. Di dalam bahasa Jawa dikenal ‘asu gedhe menang kerahe’. Siapa saja yang punya kekuatan besar akan menjadi pemenang dalam perebutan sumber daya. Keroyokan akan menjadi pilihan untuk mengoyak kerukunan. Siapa saja yang mengingatkan atau mencegah niatnya setidaknya berpikir dua kali. Apakah berbuat atau memilih diam.
Penjahat lebih banyak orang baik. Hanya saja yang sedikit ini dominan dan mendominasi dan memiliki nyali lebih tinggi. Mayoritas yang diam bukanlah kalah, bisa banyak pertimbangan untuk menentukan tindakan.
Tatkala ada solidaritas maka mayoritas diam, bisa bangkit melawan dengan cara-cara yang bisa dikategorikan sebagai civil disobidience atau pembangkangan sipil.
Rukun walau bagaimanapun tetap merupakan unsur penting sebagai passion untuk merawat Kebhinekaan. Semestinya menjadi landasan untuk terus memelihara kesatuan dan kesatuan dalam Kebhinekaan untuk terus dapat hidup bersama.[CDL]