Kongres Ulama Perempuan Indonesia di Cirebon

TRANSINDONESIA.CO, CIREBON – Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) resmi dibuka di Pondok Pesantren Kebon Jambu Al Islamy, Babakan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon, Selasa 25 April 2017 malam. Kegiatan itu diharapkan mampu menegaskan kembali peran ulama perempuan dalam meneguhkan nilai-nilai keislaman, kebangsaan dan kemanusiaan.

Pembukaan KUPI yang berlangsung semarak itu dilakukan dari peserta, oleh peserta, untuk peserta, dengan dipimpin delapan orang peserta. Kedelapan peserta itu mencerminkan keberagaman ulama dari lintas generasi, latar belakang pendidikan, organisasi keagamaan, dan bidang pengabdian dari berbagai wilayah di Indonesia.

Kedelapan peserta di antaranya perwakilan dari Papua yang memegang Alquran, generasi muda dari Ponpes Kebon Jambu Al Islamy yang memegang kumpulan hadis, dan perwakilan dari Jombang yang memegang kitab kuning.  Selain itu, perwakilan dari Aceh yang memegang UUD 1945, perwakilan dari Kalimantan yang memegang tamanan segar, perwakilan dari Sulawesi Selatan membawa air dan tanah dan perwakilan dari Jakarta yang memegang kumpulan konvensi internasional yang sudah disepakati pemerintah Indonesia.

Ulama wanita asal Arab Saudi Hatoon Al Fassi (kanan) memberikan materi dalam International Seminar on Women Ulama di Kampus IAIN Syekh Nurjati, Cirebon, Selasa 25 April 2017.[ROL]
Hal tersebut menjadi tanda bahwa KUPI diselenggarakan dengan merujuk pada Alquran, hadis, kitab kuning, UUD 45, konvensi HAM internasional, kehidupan nyata dan alam semesta, sebagaimana Islam hadir sebagai rahmat bagi seluruh alam. Ketua Panitia KUPI yang juga Pengasuh Pesantren Mahasina Bekasi, Badriyah Fayyumi, mengatakan, bahwa ulama perempuan telah menunjukkan kiprahnya dalam kehidupan bangsa dan negara.  “Peran mereka melekat dalam kesejarahan bangsa,” tegas Badriyah.

Badriyah mengungkapkan, kongres ulama perempuan tersebut merupakan yang pertama di Indonesia dan dunia. Dia mengatakan, salah satu tujuannya untuk mengafirmasi dan merekognisi keberadaan ulama perempuan.  “Ulama perempuan menjadi pendidik terdepan, pembela ketidakadilan, dan pendamping yang melekat dengan korban-korban kekerasan,” kata Badriyah.

Dalam ajang KUPI, ratusan ulama perempuan itu akan mengadakan seminar internasional, seminar nasional, dan musyawarah fatwa tentang persoalan kebangsaan aktual di ruang publik dengan metode yang bisa dipertanggungjawabkan. Untuk seminar internasional tentang ulama perempuan rencananya akan menghadirkan beberapa narasumber dari Indonesia dan sejumlah negara. Di antaranya, Pakistan, Afghanistan, Malaysia, Saudi Arabia dan Nigeria.

Sedangkan seminar nasional tentang ulama perempuan, akan diisi diskusi panel tentang sejarah, peran, tantangan, strategi dakwah dan metode studi Islam ulama perempuan dalam menjawab isu-isu kontemporer di Indonesia. KUPI akan berlangsung pada 25 – 27 April 2017 di Pondok Pesantren Kebon Jambu Al Islamy. Rencananya, kegiatan itu akan ditutup oleh Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin.[ROL/DIN]

Share
Leave a comment