Catatan LawyeRPrudence (2): Sewa Jauh dan Lawyering With Heart

TRANSINDONESIA.CO –  Hyper technology (HyTi) sudah keniscayaan yang merambah lini publik bahkan urusan paling personal sekalipun. Memesan gado-gado dan empek-empek kapal selam via aplikasi Go Food,  memesan hotel bagus yang jaraknya 5 menit dari bandara Radin Inten II,  monitor harga saham blue chips di lantai bursa Jakarta, melacak  harga  terkini  traded  hasil tender CPO dari  kebun milik negara, mengintip kegiatan Presiden lewat akun youtube pribadinya, semua bisa dipantau riel time dari genggaman tangan anda.

Untuk kerja praktis namun penting dan personal, semisal menyiapkan materi presentasi, dengan bantuan sang HyTi  ritme kerja  bisa lebih ligat,  tak perlu gopoh ke kantor mencari dan mengarsip hard copy di almari,  sebab  sang  data sudah aman disimpan pada  ruang maya “negeri  di awan”. Ditaman dalam  beberapa pangkalan, lokus dan alamat secara bersamaan sebagai lapisan pengaman.  Optimalkan gadget dan perkakas HyTi dengan smart, skala waktu luang akan panjang, statistik waktu berdekat-dekat kepada Tuhan pun semakin lama dan mesra.

Aha. Bisa jadi, karena dinamika perkakas HyTi yang sangat lekas dan sekaligus menghadirkan hiburan yang bisa dinikmati dalam satu genggaman, orang akan awet muda. Seakan usia hidup lebih panjang, alias lepas dari jebakan aktifisme yang miskin nilai.

Penulis: Muhammad Joni.[DOK]
Itulah sebab masa-masa senggang untuk mereguk setangkup kopi ataupun teh tinggi (hight tea) saat sore hari sekadar untuk melepaskan penat, frekuensinya lebih dan lebih  meningkat. Sembari mereproduksi  “zat” gagasan ke dalam catatan, disimpan ke file “pangkalan gagasan”,  atau malah sudah menjadi “draf nol” alias tulisan permulaan.  Jadilah anda panjang umur dalam arti lebih seksama menikmati  usia bahagia yang panjang, padahal di selanya anda sedang melakoni agenda produktif di waktu senggang.

Kendatipun anda produktif di waktu senggang (atau senggang di waktu produktif?),  jangan lupa mencatatkan  itu sebagai prestasi yang patut disyukuri. Catat, catat dan catat. Lantas infokan secepat-cepatnya  “effort” dan “result” (E&R) yang didapatkan kepada manajemen. Komunikasikan E&R  anda kepada yang menerima manfaat dan yang membayar, agar tak diduga hanya “makan gaji buta”. Walau bola mata biasa  melihat anda seakan bebas santai alias “off duty”,  padahal  secara kontraktual anda dalam keadaan “on hire” dan produktif.  Walau sedang di tempat umum bernama bandara, di tengah kerumunan pesta, atau tengah bermanja mesra dengan panorama alam bahari perairan laut menuju pulau Pahawang di selat Sunda sekadar memanjakan mata.

Kata penyair sufi Jalaluddin Rumi, debu beterbangan di udara bisa di lihat dengan mata, namun melihat angin yang menerbangkannya  perlu “mata” yang lain.  Walaupun dengan sorot mata biasa anda dilihat orang seakan tak sedang membuat sesuatu apa, karena dia hanya  andalkan mata. Mereka belum menggunakanlah “mata” yang lain.

“Mata” yang lain itu adalah mata hati (heart). Itu  perkakas yang lebih canggih sempurna dan “mesin perang” yang menaklukkan (lebih tepat memfutuh, membebaskan/memajukan),   tersebab  karena lebih dahsyat hati dan rasa daripada benak dan logika.  Tagline Law Office Joni & Tanamas “Lawyering with Heart” yang  patik  gemakan,  bukan hanya sekedar  pendekatan yang human. Dengan framing kata “heart”,  kami generatorisasi tenaga hukum yang getar frekuensinya lebih tinggi dari benak logika.

Selain pendekatan  yang human, menggunakan hati dalam kerja bukan saja  anda tidak mudah lelah dalam menggiatkan kuantitas layanan,  tetapi juga bernilai gizi tinggi dalam kualitas layanan.  Jadilah jurus “with heart” itu menjadi sebab awetnya relasi dengan pelanggan. Menjaring  “sewa jauh dan panjang”, itu lebih gurih daripada  “sewa dekat dan cepat”.  Dengan “Lawyering with Heart”,  patik belajar bagaimana diajak (dan mengajak)  klien “go far and grow up together”.  Menjadikan relasi lawyer-klien yang loyal, walau tak selalu jumpa fisik sebagai sua.

Perkakas HyTi dan jurus “with heart” bisa mempertemukannya, sekaligus  tetap  mengerti mengapa kami mesti bepergian jauh menapaki jalan-jalan kecil menuju “boulevard” sebagai  agenda besar bersama. Yang dilakonkan dari mana saja, namun  untuk misi serupa: “go far and grow up together”.[Muhammad Joni – Advokat]

Share