Catatan LawyeRPrudence (1): Perubahan Cepat Datang, Tindakan Jangan Usang

TRANSINDONESIA.CO – Menengok seorang sibuk dengan gadgetnya di sofa ruang tunggu bandara, jangan tergopoh dan semberono menjatuhkan  petita bahwa dia sedang buang masa! Bisa jadi dianya tengah melakoni transaksi via dunia maya, atau melayani pertanyaan penting dan segera dari klien utamanya di benua seberang sana. Terhubung ke seluruh penjuru dengan tangan satu.

Zaman kini yang  hyper technology  terimbas hanya  merevolusi lalu lintas komunikasi, namun juga cara kerja beragam profesi malah kalkulasi politik. Gaya hidup bisa lebih ringkas dan serba cepat, tapi bisa pula ‘lebai’ dan mengumbar watak kekanakan yang sudah hambar. Profesi hukum juga demikian, bisa lebih ringkas, kasual, namun cepat dan produktif, walau banyak yang tetap pertahankan ciri klasik-konservatif dalam berbagai kelakuan.

Peristiwa sebagai berita bisa tersebar cepat,  namun  cepat pula usang dan dilupakan memori publik karena datang peristiwa baru lagi.  Kalau penjumlahan peristiwa adalah  kehidupan,  maka kehidupan mestinya  bergerak lebih cepat, lebih maju dan terus menerus aktual karena terus menerus  terjadi, dan kikisnya manipulasi karena fakta diwartakan   segera dan “setakat ini” alias riel time. Perubahan yang sangat amat cepat (hyper change).

Muhammad Joni.[DOK]
Begitulah,  walau “zat” waktu yang tak kunjung bisa diputar ulang namun bisa lebih banyak dinikmati karena bantuan perkakas hyper technology. Bekerja, rapat bisnis,  menulis laporan, belanja, berkomunikasi lintas benua, bersenang-senang  kini bisa  online dan riel time.  Menjadikan  sang waktu  “hidup”,  tak banyak lagi waktu yang  terbunuh  sia-sia.  Cara kerja  kolot  yang manual dan berbasis serba fisik,  yang  amat congok makan waktu  yang bisa jadi  malah jatuh pada aktifisme mubazir buang masa dengan sia-sia.

Hyper technology bisa menggeliatkan “hidup lebih hidup”. Lebih banyak masa  yang bisa dipakai  bermesra-mesra dengan “zat” waktu.  Pun lebih banyak masa perai, namun dalam masa yang sama tetap bisa produktif dan kontemplatif,  atau  istilah saya:  “off duty but on hire”. Seperti tamsil alegori diamnya mobil rental  di lapangan parkir pengadilan namun argometer  tetap menyala, menunggu kegiatan lanjutan penyewanya.  Atau lawyer yang  diam usai sidang menunggu  pesawat  untuk segera terbang pulang,  namun diamnya tetap diperhitungkan sebagai  jam kerja “on hire” produktif.

Aha. Tersebabnya, dengan kerja yang makin ringkas maka waktu menikmati hari bisa lebih mesra. Masa perai bisa lebih nyenyak  dan eunak ketika  jurus kerja hyper smart berpadu  dengan  bantuan perkakas gadget  hyper technology.  Arus lalu lintas (fisik) manusia bisa lebih lengang. Hyper technology (sebut saja “HyTi”)  membuat  orang bisa “diet” beredar  di  ruang publik atau keluar rumah/kantor. Jangan-jangan, nanti orang tak lagi mesti menyewa banyak ruang kantor untuk bekerja yang acapkali tak terpakai sempurna. Cukup menggunakan ruang maya.

Dengan HyTi,  terjadilah “diet” aktifitas “turun ke jalan”,  yang jika dilakukan massif maka ruang publik  kota bisa sedikit renggang.  Perlahan ruang kota lebih terbuka dari jejalan arus perlintasan manusia. Dengan HyTi bisa menghindari tatap muka yang kurang urgensinya. Itu bisa sebagai argumen menghindari rapat pada jam padat,  apalagi  lokasi   ke sana  banyak kenderaan “turun ke jalan” alias macet.

Kalau dalam pendidikan dikenal adagium “semua tempat adalah sekolah”, kini dengan perkakas  HyTi  yang bisa dipakai  dimanapun, maka jadilah adagium “semua tempat adalah ruang kerja”.  Ruang kerja formal bisa bergeser ke ruang kerja informal dan terbuka:  di kedai kopi, dalam taksi, di kursi pesawat,  di loby hotel atau malah rest room sekalipun. Tak lagi musti menuju ke kantor untuk menerima dan mengirim  surel,  memberi  titah perintah dan membuat laporan.

Dalam satu genggaman, belasan bahkan puluhan  pesan ataupun disposisi kerja bisa seketika  dibaca, segera di “OK” kan,  dan diteruskan.  Keputusan “ambil”, “beli” atau “lepas”, bisa dieksekusi via jemari sendiri.

Pembaca, kita tengah berada dalam era yang padat HyTi. HyTi yang berkonsekwensi pada perubahan dan respon cepat, hyper change and quick respond.   Seperti  peristiwa hitung cepat (quick count) Pilkada Jakarta yang sangat terasa rivalitas keras,  namun detik demi detik pergerakan hasilnya terpantau riel time. Dan dalam beberapa jam,  sedunia segera tahu pasangan AniSandi berhasil  unggul quick count dan memenangkan kontestasi  pemimpin  baru Jakarta.  Sujud  syukur dan tahniah selamat bisa diluncurkan lebih cepat, perubahan terjadi segera sebelum matahari cuman dan masa berganti hari.

HyTi membawa perubahan segera, pun menuju dunia yang terbuka. Terbuka adalah pintu bagi watak jujur. Dengan HyTi  yang mengasumsikan  keterbukaan dan kesegeraan, kita tengah berubah amat cepat menuju dunia yang jujur. Itu pangkal peradaban yang tinggi dan bebas korupsi, lagi manipulasi. Etika dan hukum tumbuh semakin kuat berwibawa dengan pangkalan peradaban yang berbasis keterbukaan dan kejujuran. Era HyTi, perubahan dan peluang cepat datang, namun  anda mesti cepat pula ambil keputusan dan tindakan sebelum peluang lesap atau usang. [Muhammad Joni – Advokat]

Share