Umat Islam Butuh Pemimpin Untuk Jakarta, Bukan Pelayan
TRANSINDONESIA.CO – Memilih pemimpin dengan memilih pelayan jelas beda. Kalau Jakarta tidak butuh pemimpin cuma butuh pelayan, maka gaji saja pelayan Jakarta itu senilai dengan UMR Jakarta. Tidak perlu ada tunjangan macam-macam, karena pelayan di rumah makan, pelayan di rumah pribadi atau pelayan toko, juga tidak dapat gaji besar dan tunjangan aneh-aneh.
Tidak perlu juga punya pendidikan dan wawasan tinggi-tinggi, sebab kerjanya cuma pelayan. Yang penting jangan kurang ajar memaki-maki tuannya, jangan kurang ajar menjual beli aset tuannya dan jangan kurang ajar menista tuannya. Sebab apa? Sebab yang dicari cuma pelayan, orang yang setia melayani.
Itulah prinsip yang harusnya dimiliki sekelompok orang yang mendukung paslon tertentu yang kerjanya nantinya sebagai pelayan. Namun anehnya mereka memilih paslon dengan keterampilan mampu memaki-maki, mampu menjual aset, mampu membual seolah sudah bekerja dengan baik dan mampu menista agama. Pelayan ini juga mereka rencanakan mau disuruh-suruh oleh para pemodal untuk merusak di sana-sini agar kepentingan pemodal terlaksana. Intinya, hanya sekelompok kecil inilah yang butuh pelayan dengan kualifikasi aneh tersebut untuk Jakarta.
Salahkah mereka? Tidak salah, karena mereka memang cuma butuh pelayan. Kenapa mereka butuh pelayan? Sederhana saja, memang angan-angan hidup mereka sebatas itu, mencari pelayan berdaya rusak tinggi untuk Jakarta. Syukurnya itu bukan maunya rakyat Jakarta yang lainnya. Rakyat lain nyatanya untuk Jakarta membutuhkan pemimpin, bukan pelayan
Rakyat Jakarta yang mayoritas Umat Islam dengan jumlah 83% sesuai sensus terakhir, jelas membutuhkan pemimpin. Sama seperti warga kota-kota di dunia atau warga di berbagai negara, ketika pilkada atau pemilu mereka tentunya akan memilih pemimpin, bukan memilih pelayan. Jadi biar saja kelompok yang butuh pelayan itu, Umat Islam bisa tetap fokus saja kepada kebutuhan normal mereka untuk mencari pemimpin.
Itu sebabnya bagi Umat Islam calon yang pantas dipilih sebagai pemimpin di Jakarta cuma ada dua pasangan. Yaitu paslon nomor satu Agus-Sylvi dan paslon nomor tiga Anies-Sandi. Beruntungnya lagi mereka ini selain santun, berpendidikan, punya program kerja, dan siap menjadi pemimpin, mereka juga beragama Islam. Sejauh ini mereka bahkan bukan sekedar beragama Islam di KTP saja. Tapi juga beragama Islam sebagai gaya hidup. Mereka tidak menunjukkan tanda-tanda anti Islam sebagai agama dan sebagai agamanya. Tentunya kita perlu mendoakan agar mereka kelak tahan mental sehingga tidak terjebak kolusi, tidak manipulatif, tidak tirani dan tidak korupsi.
Kita harus menghormati diri kita sendiri dalam bermasyarakat. Konyol dan bodoh kalau kita berharap dipimpin oleh pelayan. Dan kita beramai-ramai juga menjadi jahat jika memilih pelayan sebagai pengelola jajaran birokrat dan jajaran aparat di Jakarta. Bukan pembangunan yang terjadi di Jakarta tapi penderitaan. Apa perlu kita melakukan pilkada untuk mewujudkan penderitaan bagi Jakarta? Salah besar! Pilkada adalah cara untuk mewujudkan kesejahteraan yang lebih baik bagi semua lapisan rakyat. Bukan kesejahteraan sekelompok tertentu, apalagi cuma sekelompok kecil.
Dalam Islam, kemasyarakatan harus dikelola oleh pemimpin dan sedapat mungkin dipimpin pemimpin yang soleh. Jika anda belajar Islam, maka anda akan tahu bahkan Rasulullah Muhammad SAW memerintahkan memilih pemimpin ketika ada rombongan kecil hendak melakukan perjalanan atau musafir. Tidak pernah diperintahkan cari pelayan buat jadi pengelola selama dalam perjalanan. Apalagi untuk mengelola kota seperti Jakarta, jelas wajib dikelola seorang pemimpin bukan pelayan.
Bahwa ada yang ingin memilih pelayan karena kesamaan visi, kesamaan agama mereka, kesamaan keturunan mereka atau kesamaan daerah asal, silahkan saja. Karena itulah kemerdekaan berpihak. Berpihak kepada kepada pelayan adalah sangat dibolehkan kalau memang itu kebutuhannya.
Sedangkan bagi Umat Islam Jakarta, silahkan putuskan pemimpin yang terbaik. Apakah Agus-Sylvi atau Anies-Sandi? Pilihlah pemimpin, jangan pilih pelayan. Dan muslim wajib memilih sesama muslim. Karena apa? Karena begitulah perintah dalam Islam. Perintah puasa ramadhan hanya satu kali di Quran, tapi kita patuh sekali melaksanakannya. Sedangkan mengenai kepemimpinan, orang kepercayaan, atau teman setia, itu ada puluhan ayat yang jelas dan tegas perintah serta larangannya. Apakah kita ingin menolak puluhan ayat ini? Muslim itu tugas utamanya menerima perintah dan larangan dari Quran. Bukan mendengar celotehan pertemanan. Beragamalah untuk kepentingan agama sendiri, jangan beragama untuk kepentingan agama lain. Jangan salah dalam beragama Islam. Anda muslim? Selamat memilih Pemimpin Muslim! #MuslimPilihMuslim
Oleh: Teuku Gandawan