Spiritualitas Di Abad Modern

TRANSINDONESIA.CO – Manusia yang hidup ruhaninya akan selalu merasa senang dan bahagia di dalam kehidupannya. Ia menjadi lebih ‘dewasa’ dibandingkan dengan orang yang berada di sekelilingnya, meskipun secara lahiriah ia sama seperti orang lain. Ia bukan hanya mengetahui kehidupan spiritual ini secara intelektual, namun juga menyadari dan menjalaninya secara langsung.

Tugas utama dari kehidupan ruhani adalah menjadikan Tuhan sebagai realitas dan bukan semata-mata imajinasi karena keterhubungan dengan-Nya adalah sesuatu yang nyata, bahkan lebih nyata jika di bandingkan dengan berbagai hubungan lain yang ada di dunia ini. Dampak dari keterhubungan ini adalah perasaan yang ‘hidup’ dan ‘hangat” dalam diri serta pelaksanaan kewajiban yang lebih bertanggung jawab jika di bandingkan dengan manusia yang mengabaikan spiritualitas.

Manusia modern mencoba hidup dengan alam kasat mata un sich. Mereka melepaskan diri dari berbagai keterikatan yg memasung dirinya, termasuk segala jenis magic, kepercayaan (faith), agama (religion) dan hal-hal lain yang dianggap ‘tidak rasional’.

tulisan-ide

Lebih jauh lagi, manusia telah melepaskan diri dari keterikatan kepada Tuhan, yaitu kesadaran tertinggi (The Higher Consciousness) atau ruh suci (The Holy Spirit).

Kemajuan dan peradaban yg menjadikan materi sebagai landasan sasaran dan tujuan serta tidak dibarengi dengan tujuan spiritual sejatinya bukanlah peradaban yg menjamin kelestarian hidup, melainkan fatamorgana yang memberikan harapan sekilas dan selanjutnya akan membawa pada kesengsaraan selama-lamanya.

Karena itu, cara terbaik untuk kembali kepada diri yang sebenarnya harus melakukan refragmentasi diri dengan penuh kesadaran melalui proses spiritual, sehingga dapat menemukan kembali ‘diri’ yang sesungguhnya, diri yang sejati (soul consciousness). Dalam hal ini, diri yang luar adalah jasad (jism/hawa), diri yang dalam adalah jiwa (nafs), sedangkan diri yang paling dalam adalah ruh (spirit/qolb).

Mengenal Spiritualitas Islam

Islam sebagai agama wahyu (divine religion), telah memberikan pengajaran bahwa manusia adalah makhluk spiritual (ruhani) yang menempati fisik jasmani.

Spiritualitas Islam adalah doktrin, ekspresi dan tindakan manusia yang menuntun pada sesuatu yang bersifat bathin (interioritas) dan dunia ruh yang membangkitkan kedekatan dengan Allah, menciptakan perjalanan dari rumah lahir ‘ menuju rumah bathin ‘.

Tujuan spiritualitas Islam adalah utk memperoleh sifat-sifat Ilahi (divine atributes) yang di dorong oleh rasa cinta, di kondisikan dengan pengetahuan dan di bina dengan kepatuhan yang di praktekkan dalam keseharian dengan menyesuaikan kehidupan dengan hukum-hukum Ilahi.

Ibn al-‘Arabi menyebutkan 60 maqam untuk mencapai spiritualitas tertinggi yaitu: tawbah, mujahadah, khalwah, ‘uzlah, taqwa, wara, zuhd, sahr, khawf, raja’, huzn, juu’, tark al shahwah, khusu’, mukhalafah al nafs, tark al hasad wa al ghadab wa al ghibah, qana’ah, tawakkal, shukr, yaqin, sabar, muraqabah, ridho, ubudiyah, istiqomah, ikhlas, sidq, haya’, hurriyah, dhikr wa fikr wa tafakkur, futuwah, firasat, khulq,ghirah, walayah, nubuwah, risalah, qurbah, faqr, tasawwuf, tahqiq, hikmah, sa’adah, adab, suhbah, tawhid, safar, husn al khatimah, ma’rifah, mahabbah, shawq, ihtiram al-shuyukh, sama’, karah, mu’jizat dan ru’ yah.

Dalam menempuh maqamat sufi atau calon sufi senantiasa melakukan bermacam-macam ibadah, mujahadah dan kontemplasi yang sesuai aturan agama, sehingga satu demi satu maqamat itu dpt dilalui sehingga tercapai tujuan akhir, yaitu hakikat.

Kalau maqamat merupakan tingkatan sikap hidup yang dapat dilihat dari tingkah laku perbuatan seseorang, maka ahwal di peroleh atas anugerah Tuhan (mawahib) yaitu kondisi spiritual yang bersifat abstrak. Ia tidak dapat dilihat namun hanya dapat di pahami dan dirasakan oleh orang yang mengalaminya.

Pengalaman spiritual (ahwal) yang dirasakan oleh seseorang adalah huduur (kehadiran hati kepada Allah). Menurut al-Ghazali, huduur berhubungan erat dengan 2 hal penting yaitu ibadah dan dzikir.

Ibadah lahir adalah sholat, zakat, puasa, haji, membaca Al Qur’an. Ibadah bathin adalah ikhlas dan khusyu’, sedangkan dzikir yg membekas dan bermanfaat adalah dzikir dawam yang disertai huduur al qalb.

[Dr.M Iqbal Irham,M.Ag – Ditulis kembali oleh Ide Suprihatien]

Share