Panen Raya Politik Ular Tangga
TRNSINDINESIA.CO – Permainan Ular Tangga tergantung dari hasil lemparan dadu. Tatkala hasil lemparan dadu membawa keberunungan maka akan cepat melaju melampaui jalur-jalur biasa yang dilalui satu persatu.
Ada kalanya hasil dari lemparan dadu tidak menguntungkan langkahnya justru membuatnya turun beberapa level di bawahnya. Permainan Ular Tangga dimainkan secara untung-untungan dari hasil lemparan dadunya.
Analogi permainan Ular Tangga ini bisa saja untuk refleksi kehidupan manusia, salah satunya yang berkaitan dangan politik.
Politik merupakan bagian dari sistem untuk menguasai, mendominasi, memberdayakan dan berbagai hal yang berkaitan dengan keberlangsungan hidup berbangsa dan bernegara, untuk dapat hidup tumbuh dan berkembang, bisa juga malah menjadi sebaliknya. Rusak, hancur dan matinya kehidupan.
Dalam hidup bersama dari berkeluarga hingga dalam berbangsa dan bernegara, tatkala hal-hal primordial masih menjadi isu penting dan digunakan sebagai cara2 memperoleh atau menjatuhkan akan menjauhkan dari logika. Emosional, spiritual akan mendominasi dan mengabaikan logika bahkan parah lagi semua ingin disamakan. Mengatas namakan, mencatut nama, ini sesuatu yang dapat membutakan mata hati, pikiran dan perasaan manusia. Hukum yang menjadi kesepakatan bersama bisa saja dikesampingkan karena ada tekanan, ancaman, dan pemaksaan.
Politik Ular Tangga bisa dikategorikan politik ular dan politik tangga. Politik Ular dikategorikan sebagai politik yang sarat dengan hasutan, ancaman, pemaksaan, cara-cara preman dan gerombolan, kekerasan, fitnah, politik uang, dan lainnya.
Kekuasaan bagai dagangan diperebutkan dengan cara jual beli. Semua dikendalikan atas nama uang. Apapun topengnya ada uang untuk solidaritasnya. Pamrih, siapa memodali akan mencari kembalian dan keuntungan sesudah berkuasa. Apa yang ada akan diembat, disikat, dibabat dan dilahapnya. Tandus sumber daya dibuatnya.
Tatkala yang mempunyai massa dan bisa memenuhi selera pemesanya akan semakin laris dan panen raya tatkala ada pemilihan calon pemimpin. Mereka akan bersuka ria dagangannya laku keras, gaya dan arogansinya menjadi ikon atas politik ular.
Apapun yang dikatakan demi ini itu sebagai judul agar semakin seksi dan semakin dilirik sana sini. Jualan mereka adalah ancaman, gonggongan kebencian, hasutan yang menghilangkan nalar.
Mengatasnamakan apa saja demi mencapai tujuan. Politik ular tanpa disadari merusak nalar dan merusak peradaban, membawa kemunduran dari cara berpikir, toleransi, hingga untuk memperoleh kekuasaan.
Politik tangga, sebagai analogi politik kemajuan, membawa daya nalar tinggi, semakin humanis untuk meningkatkan kualitas hidup banyak orang. Tindakan-tindakannya akan proaktif, problem solving, memberdayakan, mencerdaskan, memberdayakan, menjembatani, memfasilitasi, saling menguatkan, menyadarkan, keutamaan menjadi simbol peradaban.
Politik tangga ini tidak disukai kaum mapan dan nyaman, mereka mati-matian mempertahankan status quo. Rela merusak apa saja asal tujuanya tercapai, bahkan menjadi gilapun dijalani.
Kaum ini akan menggunakan politik ular untuk mengganjal dan menjegal siapa saja yang tidak disukainya, apalagi yang dianggap sebagai rivalnya. Dalam kemajuan, ketransparanan, apalagi dalam sistem modern sistem politik ular akan kelojotan bagai berjalan di jalan aspal pada siang hari.
Ide-idenya tidak lagi rasional, alasannyapun semakin norak dan memuakan bahkan memalukan, cepat atau lambat akan ditinggalkan dan mereka akan kering mati bagai ular panggang di jalan raya.[CDL22102016]
Penulis: Chryshnanda Dwilaksana