“Jangan Campuri Urusan Kami, Kami Punya Ulama Di Sini, Dan Anda Ulama Di Sana”

TRANSINDONESIA.CO – Semua terusik dengan kehadiran Ulama Mesir Syeikh Amru Wardani yang dinilai mnecampuri urusan ulama Indonesia. Syeikh Amru sedianya menjadi saksi ahli dalam kasus dugaan penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang digelar, Selasa 15 Nopember 2016 pagi tadi.

Tercium oleh ummat muslim Indonesia, Syeikh itupun mendadak meninggalkan Indonesia, Senin 14 Nopember 2016.

Petinggi Lembaga Fatwa Darul Ifta Mesir itu pulang lantaran Majelis Ulama Indonesia (MUI) melayangkan protes kepada Dubes Mesir untuk Indonesia dan Syeikh Al Azhar terkait rencana Syeikh Mushthofa menjadi saksi meringankan Ahok.

Syeikh Amru Wardani.[IST]
Syeikh Amru Wardani.[IST]
Kehadirannya yang sempat menuai kemarahan umat Islam Indonesia, tidak terkecuali alumni Kairo, seperti halnya alumni Fakultas Ushuluddin, Jurusan Hadist, Al Azhar, Kairo 1997, Muzakhir Rida.

Muzakhir Rida menulis dilaman media sosialnya dengan tegas menolak Syeikh tersebut mencampuri urusan penistaan yang diduga dilakukan Ahok.

Tulisan berjudul “Jangan Campuri Urusan Kami, Kami Punya Ulama Di Sini, Dan Anda Ulama Di Sana”, Muzakhir menuliskan pengalamannya selama beljar di Kairo.

Berikut ini tulisannya:

Saya punya pengalaman pribadi saat belajar di Al Azhar

Ketika saya naik ke kelas 3 Universitas Al Azhar Cairo tahun 1995 Fakultas Ushuluddin Jurusan Hadist, seperti biasa harus mengurus kartu mahasiswa yang baru. Kami harus ngangtri bikin ” Karneh ” di Syuun Thulab Fakultas Ushuluddin. Walaupun saya sudah berangkat pagi, tapi antrian ternyata sudah mengular. Maklum tahun ajaran baru.

Ratusan orang mengantri menjadi 2 antrian. Saking panjjangnya antrian itu, hingga keluar sampai di parkiran mobil untuk pejabat Fakultas Ushuluddin dan para dosen.

Parkiran itu ada penjaganya, khususnya parkiran untuk Dekan Fakultas dan Ketua-ketua Fakultas. Itu dilakukan agar tempat untuk para pejabat Fakultas itu tidak ditempati oleh orang lain.

Saat kami mengantri panjang dan berdesak-desakan, parkiran mobil itu sudah penuh semua. Kecuali satu tempat yang tertulis di situ ” عميد الكلية ” artinya Dekan Fakultas . Jadi tinggal parkirannya Dekan fakultas Ushuluddin saja yang kosong, sedangkan yang lain sudah terisi semua.

Tiba-tiba datanglah seorang dosen dengan mengendarai mobil sedan Fiatnya. Karena sudah penuh semua parkiran dan tinggal tempat parkiran Dekan Fakultas yang kosong, maka Doktor dosen tersebut memarkirkan mobilnya di tempat tersebut. Belum sempat memberhentikan stop kontaknya, petugas perkir yang kami menyebutnya ” Bawwab” karena berpakaian ala Arab

Badui Mesir menghampirinya, seraya berkata:

البواب : ” لو سمحت يا دكتور، هنا موقف لعميد الكلية ”

Bawwab: Maaf Doktor, ini parkiran untuk Dekan Fakultas saja.

الدكتور : يا أخي الموقف كله مليان، الفاضي هنا بس .

Doktor : Saudaraku, parkiran semua penuh – seperti yang kamu lihat- yang kosong hanya di sini.

البواب : ممنوع وقوف في موقف العميد. هل حضرتك عميد ؟

Bawwab: Tidak boleh parkir di sini, karena ini parkirannya Dekan Fakultas. Apakah anda dekan?

الدكتور : لا، أنا دكتور مدرس هنا.

Doktor : Tidak, saya doktor dan dosen di sini.

البواب : خلاص ممنوع وقوف هنا.

Bawwab: Ya sudah, jangan parkir di sini.

الدكتور : يا أخي أقف دقيقة وبس عندي حاجة وأمشي.

Doktor : Saudaraku, saya parkir sebentar, saya ada perlu sedikit dan langsung pergi

البواب : لا يا دكتور ممنوع

Bawwab: Maaf Doktor, tidak boleh.

الدكتور : اسمع يا ولد، ،انا دكتور أقف شوية ثم أمشي

Doktor : Hai, dengar nak, saya Doktor, saya akan parkir sebentar kemudian saya akan jalan (doktor membentak dan marah ).

البواب : اسمع يا دكتور انت ممنوع تقف هنا

Bawwab: Dengar wahai Doktor, anda tidak boleh parkir di sini ( Bawab itu tersinggung di panggil anak, padahal sudah tua.)

الدكتور : يا ولد، أنا دكتور هنا ألم تفهمني؟

Doktor : Nak, saya ini Doktor di sini, kamu paham atau tidak? ( Doktor itu semakin marah.)

البواب : ما عنديش دعوة، أنت دكتور هناك وأنا دكتور هنا

امش وبس

Bawwab: Saya tidak ada urusan, kamu doktor di sana – kelas -, sedangkan saya, doktor di parkiran ini. Pergi dan titik (bawwab itu semakin marah karena diremehkan kehormatannya)

Semua dialog tadi kami dengar dan kami pahami. Dan kami tertawa terpingkal pingkal, perdebatan antara si bawwab dengan Doktor dosen kita. Karena doktor itu sebenarnya salah, dan karena kami ratusan mahasiswa menyaksikan peristiwa itu, maka Doktor mengalah dan pergi meninggalkan parkiran tadi dan mencari partkiran di tempat lain, tidak jauh dari tempat itu.

Menanggapi peristiwa penodaan dan penistaan Al Quran di Indonesia oleh Gubernur DKI Basuki Cahaya Purnama, maka didatangkanlah seorang Syeh dari Mesir, dengan tujuan yang saya tidak tahu dan mereka tahu. Agar hasil sesuai yang mereka rencanakan dan saya dibuat kecewa mendalam.

Untuk Syeh Mesir …. saya memberikan nasehat seorang murid kepada gurunya :

  1. Wahai Syeh, anda syeh di sana, sedangkan kami punya syeh-syeh di sini.
  2. Anda lebih tahu tugas anda di sana, dan kami lebih tahu tentang urusan tugas kami di sini.
  3. Anda Ulama di sana, dan kami punya ulama-ulama di sini.
  4. Anda lebih tahu orang-orang yang menistakan agama anda dan ulama di sana, dan kami lebih tahu yang melecehkan agama kami dan ulama-ulama kami di sini.

Oleh karena itu:

  1. Jangan campuri urusan kami.
  2. Jangan anda menjadi alat untuk memecah belah umat Islam dan para ulamanya di Indonesia yang merupakan pemersatu NKRI.
  3. Jangan sampai nama anda, lembaga anda, dan al Azhar dijual oleh mereka untuk menjadi alat melecehkan ayat-ayat Al Quran yang lebih banyak lagi.
  4. Jangan sampai fatwa anda menjadi genangan darah umat Islam Indonesia yang membela kehormatan dirinya dan kitab sucinya, karena kata-kata anda itu yang akan dijadikan sebagai dalil dan dalih.
  5. Jangan sampai Al Azhar runtuh kredibilitasnya, karena bisa ditunggangi oleh orang-orang yang menistakan Al Quran.
  6. Jangan sampai anda memberikan fatwa terhadap hal yang anda tidak tahu pasti masalahnya.
  7. Jangan sampai cita-cita penista Al Quran itu berhasil melalui lisan anda, dan lembaga anda.

Nasehat ini saya sampaikan dengan penuh cinta dan penghormatan. Saya bangga menjadi alumni Al Azhar, dan

cukuplah Al Azhar sangat berjasa bagi saya, karena ilmu yang saya miliki, saya dapatkan dari Al Azhar. ”

Semoga Allah swt membimbing kita semua. Hasbunallah wa ni’mal wakil, nikmal maula wa ni’mannashir. ”

Masturi Istamar Suhadi Usman,

Alumni Fakultas Ushuluddin, Jurusan Hadist, Al Azhar, Cairo 1997.[]

Share