Aksi 25 November Buktikan Tuntutan Umat Islam Tak Main-Main
TRANSINDONESIA.CO – Selepas aksi 4 November, muncul kabar adanya aksi dengan tuntutan serupa pada 25 November mendatang. Terlepas dari benar tidaknya aksi tersebut, Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid menekankan, kabar ini menunjukkan tuntutan umat Islam dalam kasus penistaan agama ini tidak main-main.
“Mereka ingin menyampaikan kepada penegak hukum bahwa tuntutan mereka bukan main-main,” ujar Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, di sela-sela Tilawah Akbar Komunitas ODOJ yang bertempat di Stadion Patriot Kota Bekasi, Jawa Barat, Minggu 13 Nopember 2016.
Hidayat Nur Wahid menyatakan dirinya juga belum mengetahui kebenaran kabar tersebut. Menurut dia, itu baru sekadar informasi yang bisa jadi benar, bisa jadi tidak. Akan tetapi, menurut Hidayat kabar itu menunjukkan komitmen umat Islam yang kemarin sudah menyelenggarakan aksi damai 4 November kemarin.
Wakil Ketua MPR menyatakan tuntutan umat Islam dalam kasus penistaan agama oleh Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok bukanlah aksi kekerasan atau untuk menghadirkan penunggangan. Tuntutan penegakan hukum dalam kasus tersebut adalah satu hal yang serius. Ia menegaskan, menistakan Alquran adalah masalah serius sehingga menghukumnya pun harus serius.
Hidayat berharap informasi akan diadakannya aksi 25 November itu tidak disikapi dengan cara-cara yang kontraproduktif. Beragam kasus penistaan agama selama ini ditegakkan hukumnya sehingga wajar apabila masyarakat menuntut keadilan dalam kasus ini. Ia juga menyebut, tuntutan ini tidak berkaitan dengan Pilkada DKI 2017 atau anti-Cina.
“Saya berharap bahwa informasi tentang demo 25 November itu tidak disikapi dengan cara-cara yang justru mengompori, memanas-manasi, atau kemudian merancang untuk dilakukannya infiltrasi dan atau penunggangan. Ini adalah satu masalah yang tidak sederhana, ini adalah masalah yang serius karena sudah menyangkut kepada rasa keadilan publik,” kata Hidayat Nur Wahid.
Hidayat Nur Wahid juga mengapreasiasi digelarnya Tilawah Akbar oleh Komunitas ODOJ yang menurut dia merupakan sebuah kreasi unik dari anak-anak muda Indonesia untuk menyosialisasikan dan mendekatkan Alquran. Sudah sewajarnya apabila Alquran tidak dihinakan, melainkan dicintai dan diamalkan. Para pecinta Alquran cinta damai, tidak anti sosial, dan tidak menyukai kekerasan.
Menurut dia, kegiatan membaca Alquran satu hari satu juz itu bukan sekedar membaca Alquran, tapi menghadirkan alternatif kegiatan yang produktif bagi anak muda, tanpa menjadikan mereka radikal, liberal, atau amoral. “Kita akan didekatkan pada nilai-nilai Alquran yang paling dasar, yaitu intelektualisme, moral, dan kepedulian sosial karena itu yang diajarkan Alquran,” kata HNW.[ROL]