“Aksi 411” Tanpa Berbalut Amarah
TRANSINDONESIA.CO – Ketika memulai perjalanan menuju Masjid Istiqlal lewat Stasiun Depok Baru, Transindonesia.co bertemu dengan sekelompok orang berpakaian ala Jawara. Rombongan yang berjumlah 200 orang itu ternyata dari Lumbuk (Lembaga Usaha Melestarikan Seni dan Budaya) Depok dengan korlap, Wakil Ketua Norman Hasra.
Organisasi yang dibentuk untuk menjaga kelestarian budaya Betawi Depok turun bersama unsur FPI, MUI, Muhammadiyah dan beberapa elemen organisasi Islam lainnya di Kota Depok. Menumpang Commuter Line yang di pagi itu sangat penuh sesak namun mereka tetap tertib sembari sesekali meneriakkan takbir dan melantunkan zikir dan sholawat badar di dalam kereta.
Ketika ditanya apa kesan mereka menghadapi Aksi Damai 4 Nopember “411” ini, Norman Hasra pun berkomentar, “Ini aksi damai, kami semua akan menjaga agar tidak chaos. Aksi hari ini kan untuk memberikan kontribusi hukum yang jelas sekaligus membangkitkan ghirah kita pada agama dan negara”.
Ketika Adzan Shalat Jumat berkumandang, Masjid Istiqlal yang dikala normal di seluruh area dalamnya mampu menampung hingga 200.000 orang namun di Jumat 4 Nopember 2016, seakan tidak bisa menampung jemaah yang masih saja berdesakan di luar masjid. Hingga, jalan trotoar bahkan area sempit di sekitar pintu air di depan Masjid Istiqlal pun mereka jadikan tempat shalat.
Ada yang bertayamun, namun ada juga yang berwudhlu lewat botol air mineral dimana mereka saling menyirami satu sama lain, yang tidak membawa alas shalat mereka pun saling berbagi selembar kertas koran sebagai alas dan suasana syahdu pun tergambar saat sholat jumat. Betapa Ghirah telah menyatukan mereka semua, FPI, FBR, Forkabi dan beragam elemen Islam lainnya semua berbaur padu dalam kedahsyatan Syiar Islam yang membahana.
Seorang kakek, Nasrudin asal Jatiwaringin ketika di temui di depan pintu keluar Masjid Istiqlal menuturkan,”Saya datang sendiri, dan senang liat Umat Islam bersatu”. Juga penuturan Ahmad Ruhiyat, seorang pimpinan Majelis Taklim binaan Ustad Mahfudz asal Jatijajar Depok memberikan kesannya,”Kami hadir di sini tidak atas nama SARA, kalau lihat wajah saya seperti Arab padahal ibu saya masih keturunan Cina. Ini lebih pada persoalan penistaan Agama, dimana tempat penista agama memeroleh hukuman yang setimpal. Di Bali, penista agama Hindu pun dihukum juga. Karena penistaan agama menodai sila pertama Pancasila dan merusak sila ketiganya, Persatuan Indonesia”.
Saat melintas diantara para peserta aksi, seorang sahabat, Ustad Haikal Hasan berhasil ditarik ke pinggir dan sebuah statemen pun keluar dari bibir beliau,” Di dalam tadi ada kesepakatan bahwa ada 20 orang yang akan mewakili menghadap Presiden dipimpin Ust Bahtiar Nasir. Karena semua bukti sudah terkumpul dan semua fakta-fakta juga sudah terungkap demikian juga keterangan para saksi. Sehingga Presiden harus adil dalam perkara ini”.
Jadi, Aksi Damai 4 Nopember kemarin seakan bercerita bagaimana Ghirahnya Umat Islam bangkit, meski tidak bisa 100% meninggalkan ekses negatifnya. Namun budaya disiplin dan tertibnya Umat Islam seakan dibangun kemarin.
Jumlah penglaju Commuter Line yang menurut info dari pihak KCJ naik 400 % karena sebagian besar peserta aksi damai yang berasal dari wilayah Bekasi, Depok hingga Bogor memanfaatkan moda transpotasi ini, tertib mengantri tiket bahkan ketika naik ke atas stasiun Juanda pun sempat ditahan sekitar 10 menit pun mereka terlihat tertib.
Belum lagi, laksar FPI terlihat mengarahkan dan memberikan pemberitahuan agar tidak menginjak taman di seputaran Masjid Istiqlal. Meski tidak tertutup kemungkinan ada satu dua yang berprilaku tidak tertib di sana sini namun secara umum, peserta aksi damai itu berprilaku sesuai yang diharapkan.
Bahkan sekelompok mahasiswa DKV Universitas Trisakti memanfaatkan ajang aksi damai itu sebagai ajang tugas fotografi mereka. Awalnya mereka agak takut membaur dengan para peserta aksi damai namun dengan kawalan awak transindonesia.co akhirnya mereka turun ke bawah dan menikmati aksi damai itu dari dekat.
Anak didik Ustad Mansyur dan AA Gym pun turut ambil bagian, terlihat santri Darul Qur’an memunguti sampah-sampah yang berserakan di seputaran Masjid Istiqlal. Sementara pasukan Darut Tauhid pun terlihat dengan gundukan sampah yang telah terkumpul rapih.[Mirza Ichwanuddin]