Kang Rashied: “Kita Terkena Penyakit Kudis, Kurap dan Kutil”

TRANSINDONESIA.CO – Ditemui pada acara Taklim di bilangan Alam Sutra, Tangerang Selatan, Banten, Sabtu 22 Oktober 2016, Ustad yang lebih membahasakan dirinya sebagai Kang Rashied menanggapi silang pendapat kaum muslim khususnya dalam menghadapi Pilkada DKI yang akan digelar di 2017 mendatang.

Kang Rashied menytakan, pesan Sahabat Rasulullah Saw dari kalangan Tabbiin yaitu Ibrahim Al Khawwash. Pesan Ibrahim Al Khawwash bahwa dalam memaknai Ilmu di dunia ini ada dua hal penting yang harus diingat yakni, jangan pernah memaksakan diri terhadap hal-hal yang telah dicukupkan oleh Allah dan janganlah mengabaikan hal-hal yang dituntut oleh Allah kepada kita.

Rejeki itu kata Kang Rashied adalah wilayah Allah sedangkan wilayah manusia itu ikhtiar dimana lebih gamblangnya lagi dalam pembagian tugas itu bahwa tugas manusia adalah, menyempurnakan ikhtiar, memaksimalkan ibadah dan terus menerus berdoa.

Sedangkan Kekuasaan Allah lanjutnya, terletak pada mengijabahi doa, memberi pahala ibadah dan menjamin rezeki.

Kang Rashied.[Mirza Ichwanuddin]
Kang Rashied.[Mirza Ichwanuddin]
Selama ini kata Kang Rashied, kita (umat muslim) berkoar-koar karena panggung akan diisi oleh kalangan non muslim sementara yang kita lakukan untuk memajukan calon muslim belum maksimal.

“Kita masih tidak bisa menghilangkan stigma bid’ah, salafi, habib yang kadang menjadi sumber perpecahan kita. Jadi menghadapi pilkada, ikhtiar memperbaiki kualitas pemilu kita, ikhtiar untuk ikut pilkada, ikhtiar memunculkan calon yang terbaik, jujur dan adil. Ini disebut koridor sunatullah,” terangnya.

“Kita terkena tiga penyakit, Kudis, Kurap dan Kutil,” tambahnya.

Yang dimaksudkan Kang Rashied, kudis (kurang disiplin), jadi ciri lemahnya orang Islam. Tidak sholat diawal waktu merupakan salah satu kelemahan umat Islam.

“Karena sholat di awal waktu merupakan cerminan kedisiplinan akan waktu. Syahadat merupakan disiplin kita akan aqidah dan keimanan karena banyak mempertuhankan jabatan, dolar dan hal lain yang berbau duniawi. Puasa mendidik disiplin makanan kita. Disiplin dibenahi, kunci kemenangan umat Islam,” ujarnya.

Kurap (kurang rapih), segala tindakan kita kurang terorganisir dengan rapih. Kita hanya sangat rapih saat bertengkar namun  tidak untuk berdamai.

“Banyak sekolah-sekolah dan rumah sakit Islam, tapi kurang bermutu dan kurang biaya. Manajerial kampanye masih lemah, kurang rapihnya sosmed, kurang rapihnya bertutur kata dan saatnya sekarang untuk memperbaiki itu semua. Kapan naik ke permukaan dan kapan diam itu harus diperhatikan. Karena mengandalkan manajemen opini dan pencitraan akan gagal,” terangnya.

Kutil (kurang teliti), jualan di negeri ini apa saja laku. Jualan baju laku, jualan ikan laku, jualan emas pun laku bahkan jualan aliran sesat pun ada peminatnya.

“Lia Eden saja ada pengikutnya, belum lagi Dimas Kanjeng ada 2000 orang pengikutnya. Beberapa waktu lalu, Gafatar pun laku dan punya pengikutnya. Itu karena kurang teliti, siapa dia, siapa imamnya dan dari mana dia belajar,” ucapnya.

Pengasuh The Musafir ini menyatakan, yang harus dibenahi pertama kali adalah keyakinan. Karena banyak umat Islam tidak yakin pemimpin Islam akan menang.

Kedua, harus rapatkan barisan. Kita semua selama ini saling berjuang sendiri-sendiri dan tidak satu gelombang.

Sementara di pihak lain, menganggap kita most common enemy. Kita harus jadi tuan rumah di negeri sendiri. Ketika kita bicara Bali, wajar di sana Hindu yang berkuasa karena mayoritas di sana Hindu.  Juga di Sumatera Utara, ketika ada kalangan Kristen yang maju di sana wajar saja, karena mereka banyak di sana. Namun DKI yang mayoritas muslim, seharusnya Muslim yang memimpin.

“Founding father kita dulu 9 orang dimana 8 orang muslim dan 1 kristen namun mereka mampu memformulasikan tata kehidupan kita berbangsa dan bernegara demikian arifnya hingga kini jadi pegangan. Nah kenapa hal itu tidak kita jaga saat ini,” katanya.

Mari sejenak kita tengok ke luar, Muhammad Al Fatih mampu menaklukkan konstantinopel di usianya yang baru 24 tahun. Duet Musa dan Harun pun di masanya mampu mengalahkan duet Fir’aun dan Qarun, berbekalkan risalah taurat yang disampaikan dengan lembut dan santun.

Kalau mau contoh lebih dekat lagi lanjut alumni Al Azhar Mesir itu, Erdogan yang memimpin Turki saat ini di awal kepemimpinannya mencanangkan gerakan subuh berjamaah di masjid-masjid di seluruh Turki. Bukan sekedar mencanangkan namun dia inspeksi.

Blusukannya bukan masuk ke gorong-gorong namun terjun langsung menjadi makmun di masjid-masjid bahkan ketika suatu saat dia hampir tertinggal waktu karena ketika datang, sudah waktunya iqamah, Erdogan pun rela  sholat di bibir pintu masjid. Kita pun tahu, setahun di awal kepemimpinannya Ekonomi Turki pun melesat 79 % hanya karena memperbaiki kedisiplinan sholat di awal waktu itu.

“Tugas manusia, menyempurnakan ikhtiar, memaksimalkan beribadah dan terus berdoa minta hasil yang terbaik dari Allah. Itu yang harus kita lakukan bersama dan sejenak lupakan beda diantara kita, rapatkan barisan. Insya allah calon terbaik kita yang akan memenangkan pertarungan ini” pungkas Kang Rashied.[MIC]

Share