TRANSINDONESIA.CO – Jujur ora ngapusi (jujur tidak membohongi) merupakan karakter aparat yang diharapkan, yang diidolakan, yang dijadikan sahabat dan diterima serta didukung oleh rakyat.
Rakyat kebanyakan adalah orang-orang yang sederhana, orang yang tergolong marjinal, kelompok yang menjadi korban atau sering dikorbankan. Mereka menginginkan dan mengidolakan aparat yang peduli terhadap mereka, yang berempati, yang berani dan mau memperjuangkan suara atau setidaknya menjadi teman dalam penderitaan atau kesusahan.
Aparat yang mampu menjalankan tugasnya dengan profesional, jujur bersahaja dan memperjuangkan masyarakat yang dilayani atau bagi kepentingan banyak orang akan menjadi ikon atau role model bagi rakyat kebanyakan.
Menjadi aparat setidaknya dalam sikap, tutur kata dan pelayananya kepada publik mencermin suatu ketulusan hati, menjadi simbol corevalue yang membanggakan. Sikap yang tulus dan bangga sebagai penjaga kehidupan, pembangun peradaban dan pejuang kemanusiaan tidak turun dari langit, juga tidak dengan tiba-tiba melainkan harus dipersiapkan, dilatih dan diperjuangkan.
Lawan bagi aparat adalah orang-orang dalam sendiri, kelompok status quo, kelompok di zona nyaman mereka anti perubahaan karena takut kehilangan hak-hak istimewanya.
Perubahan yang mendasar bukan dari bawah melainkan dari atas. Perubahan yang dimulai dari perjuangan dan pengorbanan dari sang pemimpin. Pemimpin yang datang untuk melayani, pemimpin yang membawa harapan, pemimpin yang mampu menjadi sandaran disaat ada kesusahan tentu mereka bukan karbitan, bukan orang-orang titipan, bukan orang-orang perekayasa, dan bukan yang menjadi simbol uang.
“Fox populi fox Dei” suara rakyat adalah suara Tuhan. Kalau ingin menjadi aparatnya rakyat dengarkanlah mereka, pahami mereka, berjuanglah bersama dan mereka, tulus dan jujur sebagai dasarnya.[CDL19102016]
Penulis: Chryshnanda Dwilaksana